Kamis 26 Mar 2020 22:49 WIB

Urgensi Hati dalam Alquran Menurut Prof Didin Hafidhuddin

Alquran menegaskan sentralitas hati dalam kehidupan manusia.

Alquran menegaskan sentralitas hati dalam kehidupan manusia. Beribadah (ilustrasi)
Foto: Antara
Alquran menegaskan sentralitas hati dalam kehidupan manusia. Beribadah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Hati (qalb) adalah pusat segala aktivitas dan kegiatan. Karena itu, sabda Rasulullah SAW, jika hati beres, maka akan beres pula segala-galanya. Namun, jika hati rusak, maka akan rusak segala yang ada pada diri mereka. (HR Bukhari dan Muslim).

Betapa penting dan menentukannya hati itu, maka kepada setiap orang yang beriman, Allah SWT menyuruh untuk selalu membersihkan dan menajamkannya.

Baca Juga

Dengan hati yang tajam, terang, dan jernih, serta dibimbing  wahyu Allah SWT, setiap manusia akan mampu memilih yang haqq (benar) dari yang bathil (salah), yang putih dari yang hitam, dan yang maslahat dari yang mafsadat (merusak). 

Allah SWT berfirman, ''Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dada.'' (QS Al Hajj: 46).

Bahkan, ketika Rasulullah SAW ditanya tentang pengertian kebaikan (al-Birr) oleh sahabat Wabisah bin A'bad, beliau mengatakan, ''Tanyalah hatimu!''

Kebaikan itu jika dilakukan akan mengakibatkan ketenangan hati (batin). Sedangkan perbuatan dosa jika dilakukan akan mengakibatkan keraguan dan ketidaktenangan batin (hati), walaupun banyak orang yang menyetujuinya (HR Imam Ahmad).

Terkait dengan hal tersebut, Allah SWT juga menjanjikan bahwa hati yang selalu bertobat akan mendapatkan surga. Firman-Nya, ''Orang yang takut kepada Tuhan yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertobat, masukilah surga itu dengan aman, itulah hari kekekalan. Mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki, dan pada sisi Kami ada tambahan.'' (Qaaf: 33-35).

Hati yang terbimbing cahaya Ilahi akan mampu memahami berbagai fenomena alam yang terjadi dan berbagai musibah yang menimpa, baik pada dirinya maupun pada masyarakat secara keseluruhan, untuk kemudian dijadikan ibrah atau pelajaran untuk lebih memperbaiki dirinya dan meningkatkan kualitas keimanannya. Sebaliknya, hati yang buta seperti diisyaratkan pada surat al-Hajj ayat 46 di atas tidak akan mampu melihat apalagi mengambil pelajaran.

Orang yang buta hatinya di dunia, di akhirat kelak akan semakin buta dan semakin tersesat jalannya. Ini sebagaimana dinyatakan dalam surat Al-Isra' 72, ''Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).'' Mari kita semua berlindung kepada Allah SWT dari memiliki hati yang buta. 

 

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement