Kamis 26 Mar 2020 21:21 WIB

Pembaruan Rasulullah SAW Tempatkan Perempuan Terhormat

Ajaran Rasululullah SAW memuliakan perempuan.

Ajaran Rasululullah SAW memuliakan perempuan. Ilustrasi Muslimah
Foto: Dok PW Salimah Sumut.
Ajaran Rasululullah SAW memuliakan perempuan. Ilustrasi Muslimah

REPUBLIKA.CO.ID, Bukan rahasia pula bila orang-orang Jahiliyah teramat membenci anak perempuan. Saking bencinya mereka tega membunuhnya hidup-hidup.

Al-Haitsam bin 'Addiy menyebutkan sebuah riwayat bahwa kebiasaan mengubur hidup bayi-bayi perempuan berlaku di sebagian besar kabilah Arab. Rata-rata satu di antara sepuluh kabilah melakukan hal tersebut. Di antara mereka ada pula yang menjual anak-anaknya pada orang-orang terpandang.

Baca Juga

Abul Hasan Ali An-Nadhawy dalam bukunya, Kerugian Apa yang Diderita Dunia Akibat Kemerosotan Kaum Muslimin (Al-Ma'arif, 1988), menuliskan, pada saat Islam datang, tiga ratus calon anak yang hendak dikubur hidup-hidup telah diselamatkan dengan tebusan.

Di antara mereka itu ada yang orang tuanya telah bernazar akan menyembelih seorang dari anaknya bila sudah berjumlah sepuluh orang. Terkadang mereka membunuh anak perempuannya atau menguburnya hidup-hidup dengan cara yang sangat kejam. Bisa jadi pembunuhan tersebut tertunda pelaksanaannya karena sang ayah bepergian jauh. Anak tersebut baru dikuburnya setelah dia agar besar dan mulai mampu berpikir.

Di India lebih parah lagi, seorang wanita (istri) biasa dipertaruhkan oleh suaminya dalam sebuah permainan, diperjualbelikan, atau dikorbankan untuk para dewa di Sungai Gangga. Ia pun bebas dicerai tanpa ada pembagian waris. Yang paling kejam adalah ritual sati; bila seorang suami meninggal si istri harus pula ikut meninggal dengan cara dibakar hidup-hidup. Ritual ini tetap bertahan hingga pemerintah kolonial Inggris menghapuskannya pada akhir abad ke-19.  

Derajat kaum wanita segera terangkat dengan hadirnya Rasulullah SAW. Dengan semangat rahmatan lil 'alamin, Rasul yang mulia membawa pembaharuan dalam hubungan antara laki-laki dan kaum Hawwa. Laki-laki tidak lebih tinggi dari perempuan, tidak ada pula penguasaan, penindasan, dan kedzaliman. Semuanya sama di hadapan Allah. Yang membedakan hanyalah ketakwaan dan kedekatannya pada Allah.

Sebagai langkah nyata, Rasulullah SAW atas bimbingan wahyu, mensyariatkan adanya hak waris bagi kaum wanita, adanya jaminan bagi kebebasan berpendapat dan berekspresi (dalam batas-batas tertentu), adanya kesetaraan di hadapan hukum, hak mendapatkan pendidikan dan nafkah yang layak dari suaminya, larangan menceraikan istri tanpa sebab, atau larangan membunuh atau membenci bayi-bayi perempuan.

Rasul pun memberikan mekanisme "pertahanan diri" bagi wanita agar senantiasa terjaga kehormatannya. Misal dengan wajibkan jilbab, larangan bepergian jauh sendirian, larangan berdua-duaan dengan lelaki non-muhrim, dan sebagainya. Hebatnya, semua itu ditetapkan dalam aturan yang jelas, tegas, detail, dan adil.

Kalau kita telaah sirah Nabawiyyah atau kitab-kitab hadis, maka kita akan menemukan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW pada saudara laki-laki ini. Dalam bidang akhlak misalnya. Beliau bersabda, "Laki-laki terbaik adalah laki-laki yang paling lebut kepada istrinya". Hadis ini benar-benar tercermin dalam pribadi Rasulullah SAW tatkala berinteraksi dengan istri-istri dan keluarga beliau.

Tidak akan cukup halaman ini untuk menceritakan bagaimana akhlak Rasulullah SAW terhadap kaum wanita. Yang jelas, semua yang beliau lakukan untuk mengangkat derajat kaum wanita adalah sesuatu yang luar biasa, revolusioner, dan mampu mengubah wajah peradaban dunia.

Gerakan Feminisme yang digembar-gemborkan kaum wanita di Barat, piagam Magna Carta di Inggris, Declaration of Independence di Amerika, peringatan Hari Perempuan se-Dunia, atau peringatan Hari Kartini yang jatuh setiap 21 April di Indonesia, tidak ada artinya bila dibandingkan dengan gerakan yang dilakukan Rasulullah SAW.

Tentang hal ini, arkeolog Inggris terkemuka, William Moir berkomentar, "Tidak ada pembaruan dan perbaikan yang lebih sulit dan lebih berbahaya dilakukan dari zaman munculnya Muhammad, dan kita tidak mengetahui adanya keberhasilan dan pembaruan paling sempurna seperti yang ia tinggalkan setelah wafatnya."

 

 

 

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement