Kamis 26 Mar 2020 20:11 WIB

Kelompok Difabel Muhammadiyah Bantu Produksi APD

Orderan pertama sudah datang dari RS PKU Bantul sebanyak 800 unit baju.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agus Yulianto
KSP Bangun Akses Kemandirian Difabel Ngaglik membantu memproduksi Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga medis.
Foto: Istimewa
KSP Bangun Akses Kemandirian Difabel Ngaglik membantu memproduksi Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga medis.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- KSP Bangun Akses Kemandirian Difabel Ngaglik membantu memproduksi Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga medis. Mereka merupakan kelompok disabilitas dampingan Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah.

Wakil Ketua MPM PP Muhammadiyah, Ahmad Ma'ruf mengatakan, kegiatan mereka ini merupakan hasil komunikasi beberapa rumah sakit Muhammadiyah. Yang mana alami kesulitan penyediaan APD untuk petugas kesehatan menangani Covid-19.

"Kasus Covid-19 ini kita melihat ada satu masalah serius dari kondisi wabah ini kurangnya APD, termasuk yang full cover, maka semua pemangku kebijakan dan kelompok rentan membantu dan mengurangi kegentingan ini," kata Ma'ruf, Rabu (25/3).

Terlebih, pandemik Covid-19 merumahkan banyak perkerja dan masyarakat umum berdampak kepada lesunya pembeli UMKM. Sehingga, selain berdampak kesehatan, wabah ini berdampak ke perputaran ekonomi keluarga-keluarga pra-sejahtera.

Untuk itu, kegiatan pengadaan APD oleh kelompok rentan difabel, tidak cuma berdampak kepada tersedianya APD bagi tenaga medis. Tapi, akan memberikan dampak ekonomi bagi pengrajin-pengrajin APD tersebut.

"Bagaimana kita tetap menciptakan kesempatan kerja, tetap mendapatkan nilai ekonomi tapi juga dengan kontribusi teman-teman difabel dalam emergency respon," ujar Ma'ruf.

Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini menuturkan, selain melibatkan penjahit kegiatan ini melibatkan banyak anggota dampingan. Bahkan, tidak cuma melibatkan mereka yang memiliki kemampuan menjahit.

Proses pengerjaannya yang tidak dilakukan di satu tempat yang menjahit saja, memungkinkan anggota-anggota lain membantu rantai distribusi ke rumah-rumah penjahit. Ini sekaligus kepatuhan kelompok mereka untuk social distancing.

Untuk orderan pertama sudah datang dari RS PKU Bantul sebanyak 800 unit baju dalam waktu kurang lebih satu pekan. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi kelompok dampingan dan teman-teman difabel itu sendiri.

"Untuk membuktikan performa mereka memproduksi secara profesional," kata Ma'ruf.

Selain itu, produksi APD oleh kelompok difabel memang dituntut cepat karena barang itu saat ini menjadi kebutuhan yang mendesak bagi tenaga medis. Utamanya, untuk melakukan perawatan dan tindakan terhadap pasien Covid-19.

Sayangnya, masih ada kendala terkait pengadaan bahan, mengingat kebutuhan semakin banyak dan berpotensi bahan bakunya menjadi langka. Sebab, langka membuat produksi pasar terhadap barang yang sama akan meningkat.

Soal kendala itu, sejauh ini kelompok difabel dampingan MPM PP Muhammadiyah itu dipasok secara langsung oleh PKU Muhammadiyah Bantul. Sedangkan, soal keamanan, tempat produksi sudah disterilkan dengan penyemprotan disinfektan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement