Kamis 26 Mar 2020 14:13 WIB

Helm (cerpen)

Jadi, bolehkah saya ngambil helm sambil ngajak ibu saya?

Gadis memakai helm (ilustrasi)
Foto: AP/ Emilio Morenatti
Gadis memakai helm (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Irwan Kelana

"De, titip helm ya. Pulang dari Yogya saya ambil."

"OK, Mas."

"Tapi nanti saya ngambil helm bareng Ibu saya."

"Maksud Mas?"

"Saya mau mengenalkan calon mantu kepada beliau. Kalau beliau setuju, saya sih inginnya pekan depan langsung khitbah."

"Maaf, Mas, saya tidak paham apa yang Mas katakan. Bukankah Mas ke Yogya mau lamaran?"

"Memang betul, acara lamaran tapi bukan untuk saya. Sepupu saya yang acara lamaran, saya nganter."

"Ooh, begitu."

"Jadi, bolehkah saya ngambil helm sambil ngajak ibu saya?"

Gadis itu tersenyum manis. Bahkan teramat manis.

Perlahan ia menganggukkan kepalanya yang dibungkus kerudung berwarna coklat muda.

"Bolehkah saya mengajukan satu permintaan?"

"Apa, Mas?"

"Simpanlah senyummu yang teramat manis ini, nanti persembahkan kepada ibu saya, agar beliau tahu, betapa cantik calon menantunya."

"Gombal," tapi tak urung dia kembali tersenyum teramat manis.

"Kalau kita menikah nanti, saya akan sering ngegombal, biar puas sering-sering menikmati senyummu yang teramat manis."

Jkt-Depok. 12-13 Mar 2020.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement