Kamis 26 Mar 2020 05:43 WIB

Misbakhun Harap Tawaran Pinjaman Hadapi Corona tak Diambil

Pemerintah juga diminta tak obral Surat Utang di saat corona merajalela.

Anggota Komisi XI DPR Fraksi Partai Golkar, Mukhamad Misbakhun (kiri)
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Anggota Komisi XI DPR Fraksi Partai Golkar, Mukhamad Misbakhun (kiri)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati diharapkan tidak mengambil tawaran bantuan dari Dana Moneter Internasional (IMF) ataupun Bank Dunia terkait penanggulangan Covid-19. Anggota Komisi XI DPR M Misbakhun mengkhawatirkan tawaran bantuan dari dua lembaga keuangan internasional itu di tengah wabah coronavirus malah menjadi utang di kemudian hari.

 

“Saya minta Menteri Keuangan RI jangan menggunakan bantuan IMF dan World Bank untuk menanggulangi Covid-19,” ujar Misbakhun, Rabu (25/3).

 

IMF menyatakan telah menyiapkan dana 1 triliun dollar Amerika Serikat (AS) untuk negara-negara anggotanya yang menghadapi virus corona. Adapun Bank Dunia menyiapkan  dana 14 miiliar dollar (AS) untuk paket pembiayaan jalur cepat bagi negara yang juga menghadapi pandemi global itu.

Menurut Misbakhun, pemerintah masih memiliki cukup dana tanpa harus mengutang ke IMF ataupun Bank Dunia. Mantan pegawai Direktorat Jenderal Pajak itu lantas mencontohkan dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) yang merupakan akumulasi Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan (SILPA) tahun lalu dan anggaran yang selama ini disishkan oleh pemerintah sebagai dana abadi (endowment fund) untuk keperluan cadangan.

Selain itu ada dana dari pungutan bea ekspor sawit (levy) di Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), dana lingkungan hidup di Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH), Dana Riset Perguruan Tinggi, serta dana dari  Surat Utang Negara (SUN). 

“Termasuk dana APBN yang ada BA99 yang selama ini dikelola oleh Menteri Keuangan selaku  Bendaharq Umum Negara,” kata dia. 

Ia menambahkan, di luar itu juga ada dana milik Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang jumlahnya mencapai Rp 150 triliun. Menurut Misbakhun, pemerintah bisa meminjam dana milik LPS untuk cadangan darurat bila ada keperluan mendadak.

“Posisinya saat ini sedang tidak digunakan dan siap dipinjam oleh negara bila memang diperlukan,” katanya.

Misbakhun menambahkan, Indonesia juga masih punya cadangan devisa (cadev). Saat ini Bank Indonesia mengelola cadev sebesar 130 miliar dollar AS.

“Pemerintah cukup menerbitkan open end SUN agar dibeli BI dengan bunga di bawah lima persen. Kalau pemerintah menerbitkan SUN senilai USD 20 miliar saja, dengan kurs dolar AS setara Rp 16.800 saja akan memperoleh dana Rp 336 triliun, jumlah yang sangat besar dan memadai untuk menanggulangi Covid-19 di Indonesia tanpa harus mengutang ke IMF dan World Bank,” ujar Misbakhun.

 

Influencer Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo - Ma’ruf Amin di Pilpres 2019 itu menilai, pemerintah justru akan diuntungkan jika tidak mengutang ke IMF dan Bank Dunia.  “Karena kita tidak terjebak pada bantuan IMF dan World Bank yang sering mengikat pada kebijakan dan policy ekonomi dan politik Indonesia di masa depan,” ulasnya

Namun, Misbakhun juga mewanti-wanti pemerintah tidak menerbitkan global bond pada saat pasar sedang terimbas Covid-19. Itu karena, biaya imbal balik atau rate return dari SUN yang diterbitkan pemerintah akan sangat mahal.

“Penerbitan global bond pada masa-masa seperti ini akan menjadi kesempatan bagi fund manager asing untuk memeras institusi negara yang sedang membutuhkan uang untuk likuiditas jangka pendek dalam rangka mengatasi kebutuhan belanja negara yang mendesak,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement