Rabu 25 Mar 2020 13:52 WIB

Jokowi akan Bahas Covid-19 di KTT Luar Biasa G20

Jokowi akan bergabung dalam KTT Luar Biasa G20 secara virtual.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Presiden Joko Widodo
Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/Pool
Presiden Joko Widodo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) akan bergabung dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa G20 secara virtual pada 26 Maret. Dalam pertemuan itu, Jokowi akan membahas penanganan Covid-19.

Kepala Negara Arab Saudi dan Presidensi G20 tahun 2020, Raja Salman akan memimpin KTT yang diharapkan dapat menghasilkan suatu Pernyataan Bersama terkait Covid-19. Jokowi pun membawa agenda untuk mendorong solidaritas global dalam aksi bersama dan terkoordinasi, seperti kebutuhan akses dan keterjangkauan peralatan kesehatan dan vaksin.

Baca Juga

Dikutip dari keterangan Kementerian Luar Negeri, bagi Indonesia dan negara berkembang lainnya, dukungan pendanaan dalam mekanisme bilateral, regional, ataupun multilateral secara global. Namun, langkah itu juga perlu didukung dengan peningkatan kerja sama internasional untuk memerangi Covid-19 dan segala dampak ekonomi serta sosial.

Selain itu, Jokowi pun akan membahas aspek perdagangan internasional dan kerja sama internasional. Pembahasan itu berguna menjamin kelancaran arus barang dan jasa, serta penguatan upaya global memerangi Covid-19.

Sebelum diselenggarakannya KTT G20 Luar Biasa Virtual, G20 telah melaksanakan pertemuan virtual Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 pada 23 Maret 2020, serta pertemuan Sherpa G20 pada 25 Maret 2020. Pada pertemuan virtual para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral, telah dibahas paket stimulus dalam kerangka Covid-19.

Di samping itu, organisasi internasional seperti Bank Dunia dan IMF juga sepakat untuk mengeluarkan bantuan pendanaan untuk meredam dampak Covid-19 terhadap perekonomian global. Sedangkan dalam pertemuan Sherpa G20, Indonesia telah menyampaikan perlunya G20 untuk fokus mendukung negara berkembang dan Least Developed Countries (LDCs) sebagai pihak yang diperkirakan paling rentan terhadap dampak pandemi itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement