Rabu 25 Mar 2020 06:50 WIB

Penundaan Olimpiade Disambut Baik, Tetapi Prosesnya Dikritik

WPA mengkritik proses pengambilan keputusan IOC yang dinilai kurang inklusif.

Komite Olimpiade Internasional (IOC) menyampaikan, pelaksanaan ajang tersebut direncanakan digelar tidak melampaui musim panas 2021 [Foto: Ilustrasi Warga bermasker melintasi Museum Olimpiade di Tokyo.]
Foto: AP Photo/Jae C. Hong
Komite Olimpiade Internasional (IOC) menyampaikan, pelaksanaan ajang tersebut direncanakan digelar tidak melampaui musim panas 2021 [Foto: Ilustrasi Warga bermasker melintasi Museum Olimpiade di Tokyo.]

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Petinggi Asosiasi Pelaku Olahraga Dunia (WPA) menyambut baik penundaan Olimpiade Tokyo 2020 ke tahun depan karena pandemi global Covid-19. Namun, WPA mengkritik proses pengambilan keputusannya yang dinilai kurang inklusif.

Brendan Schwab yang menjabat direktur eksekutif WPA, lembaga yang mewadahi 85 ribu atlet di seluruh dunia, menyebut Komite Olimpiade Internasional (IOC) perlu mengubah budaya pengambilan keputusannya. "Kami ingin melihat perubahan pengambilan keputusan di IOC, dari yang terkesan terlalu hierarkis menjadi melibatkan lebih banyak pihak," kata Schwab dilansir Reuters, Rabu (25/3). "IOC harus memastikan ketika menyangkut pemangku kepentingan, atlet, mereka bisa mengambil keputusan terbaik."

Menurut Schwab, IOC terlalu berlarut-larut dalam mengambil keputusan penundaan Olimpiade Tokyo dan baru mengubah pendirian setelah mendapat banyak tekanan, baik itu dari pihak atlet maupun masyarakat pada umumnya. "Kami merasa IOC membatasi diri mereka dengan pendekatan bisnis seperti biasanya," ujar Sxhwab. "Ketika banyak kompetisi olahraga di dunia sudah lebih dulu ditangguhkan karena pandemi ini, IOC malah bersikap naif dan berharap terlalu banyak."

Olimpiade Tokyo menjadi ajang olahraga teranyar yang penyelenggaraannya ditunda karena pandemi Covid-19. Namun, keputusan itu menjadi terkesan lambat dibandingkan UEFA dan Conmebol yang sudah sepekan lalu memutuskan menunda Euro dan Copa America 2020.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement