Rabu 25 Mar 2020 06:40 WIB

Menkeu: Semua Negara Sedang Ikhtiar Atasi Pandemi Corona

Ekonomi dunia kini memang mengalami kontraksi, namun tidak berarti krisis.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Andi Nur Aminah
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan, semua negara kini sedang berikhtiar untuk menangani wabah virus corona (Covid-19). Khususnya agar krisis di bidang kesehatan dan kemanusiaan ini tidak menyentuh ekonomi maupun keuangan seperti yang terjadi pada krisis global 2008-2009.

Sri Mulyani menjelaskan, ekonomi dunia kini memang mengalami kontraksi, namun tidak berarti krisis. Sebab, dampak yang diciptakan wabah Covid-19  kini lebih banyak dialami di bidang kemanusiaan dan kesehatan. "Ini yang sedang dilakukan, agar tidak spill over ke krisis ekonmi, sosial dan terutama keuangan," ujarnya dalam teleconference dengan media, Selasa (24/3).

Baca Juga

Oleh karena itu, Sri menambahkan, reaksi dan respons seluruh negara menjadi sangat penting. Tidak hanya berbicara di skala dalam negeri, juga global atau antarnegara. Sebab, apabila negara tidak bersatu dan memilih gontok-gontokan, situasinya justru akan semakin buruk.

Kerja sama global ini turut menjadi pembahasan dalam pertemuan virtual emergency Sri bersama Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral Negara G20, Senin (23/3). Diskusi ini disebut Sri sama seperti pada 2009, ketika Presiden AS saat itu, Washington Bush, mengundang emergency meeting di Washington, AS.

Hanya saja, Sri menyebutkan, perbedaan antara situasi sekarang dengan 2009 adalah pemicu. Saat itu, triggernya adalah krisis keuangan yang berdampak pada ekonomi dan kehidupan sosial masyarakat. "Sekarang triggernya sektor kesehatan dan keamanan masyarakat, bisa masuk ke sektor ekonomi dan diharapkan tidak masuk ke krisis selanjutnya," katanya.

Dalam pertemuan darurat G20, Sri menjelaskan, terlihat bahwa setiap negara sudah mengeluarkan berbagai stimulus yang sangat besar. Di antaranya, Jerman yang sudah mengeluarkan tambahan pengeluaran sebesar 132 miliar dolar AS dan menyediakan 812 miliar dolar AS sebagai tambahan jaminan.

Selain itu, Prancis mengeluarkan stimulus senilai 45 miliar dolar AS dan AS berencana mengeluarkan paket kebijakan sebesar 1 triliun dolar AS. Uni Eropa sendiri mengeluarkan stimulus senilai 100,86 miliar dolar AS.

Sri mengatakan, semua negara sekarang melakukan tindakan yang tidak konvensional dan menggunakan seluruh instrumen maupun sumber daya guna menjaga keamanan masyarakat. "Jadi, masalah kesehatan adalah prioritas, sama seperti yang diberlakukan di Indonesia," ucapnya.

Hal ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo yang memberikan penegasan, seluruh instrumen fiskal baik pusat dan daerah harus berfokus pada kesehatan. Khususnya mendukung percepatan pemenuhan kebutuhan kesehatan yang kini sedang menghadapi masalah pelik mengingat keterbatasan supply di seluruh dunia. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement