Selasa 24 Mar 2020 16:52 WIB

Nadiem: Pemaksaan UN Berisiko

Pemerintah mengedepankan faktor keselamatan siswa di tengah badai Corona.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Teguh Firmansyah
Mendikbud, Nadiem Makarim
Foto: Ist
Mendikbud, Nadiem Makarim

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim resmi membatalkan pelaksaan Ujian Nasional (UN) tahun ajaran 2019/20. Pembatalan ini sudah mendapat restu Presiden Joko Widodo, DPR dan instansi lainnya.

Nadiem menyatakan kesehatan siswa dan keluarganya jadi pertimbangan utama. Sebab Corona merupakan penyakit mudah menular lewat kegiatan tatap muka, seperti UN.

Baca Juga

"Alasan (pembatalan UN) nomor satu prinsip dasar Kemendikbud adalah keamanan dan kesehatan siswa-siswa kita, dan keamanan keluarga siswa," kata Nadiem dalam konferensi video pada Selasa (24/3).

Nadiem khawatir tingginya resiko penyebaran Corona ketika UN diadakan secara tatap muka dan siswa harus berkumpul dalam satu tempat. Penyebaran virus juga berpotensi berlanjut ke keluarga siswa .

"Karena jumlah (siswa) sangat besar, 8 juta yang akan ikut tes UN, maka tidak ada yang lebih penting daripada keamanan dan kesehatan siswa dan keluarga. Sehingga UN dibatalkan untuk (tahun ajaran 2019/20) 2020," ujar mantan bos Gojek itu.

Nadiem juga menilai UN kini bukan syarat untuk kelulusan atau seleksi masuk jenjang pendidikan tinggi. Sehingga ia optimis pembatalan UN tak berdampak signifikan. "Kami di kemendikbud menilai lebih banyak risiko daripada benefit untuk melanjutkan UN," ucapnya.

Pembatalan UN sudah disampaikan pula oleh Presiden Joko Widodo hari ini. Tercatat, UN sempat diadakan pada jenjang SMK pada 16 Maret. Tetapi, ada 6 provinsi terdampak virus corona yang menunda dan belum menggelar UN 2020 hingga akhirnya diputuskan batal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement