Selasa 24 Mar 2020 16:08 WIB

Pasar Sarana Ritual Buleleng Tetap Ramai Jelang Nyepi

Pasar tetap ramai meski ada imbauan melaksanakan aktivitas keagamaan di rumah

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Perayaan Nyepi. Pasar sarana ritual Buleleng tetap ramai jelang Nyepi. Ilustrasi.
Foto: Republika/Agata Eta Andayani
Perayaan Nyepi. Pasar sarana ritual Buleleng tetap ramai jelang Nyepi. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SINGARAJA - Pasar sarana ritual di wilayah Kota Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali tetap terlihat ramai dengan pembeli menjelang hari suci Nyepi. Pasar tetap ramai meskipun ada imbauan pemerintah untuk melaksanakan aktivitas keagamaan di rumah masing-masing untuk mengantisipasi Covid-19.

"Tetap ramai dari beberapa hari lalu. Memang hari ini yang paling ramai karena sembahyang 'pengerupukan' dilaksanakan sekarang," kata salah satu pedagang, Luh Heri Kusuma Dewi, di Pasar Anyar, Kota Singaraja, Selasa (24/3).

Baca Juga

Pascapembatasan gerak masyarakat dan imbauan untuk tinggal di rumah, ia mengaku tetap berdagang di pasar tersebut. Menurutnya, tidak ada penurunan pembeli yang signifikan. "Saya tetap dagang dan masih ramai yang beli. Memang lebih sepi sedikit dari hari biasa. Namun, tidak terlalu sepi juga," katanya.

Luh Heri mengakui wabah virus Covid-19 ikut memengaruhi sejumlah harga sarana ritual, terutama sarana pokok seperti canang dan aneka bunga untuk banten atau sesaji. "Bunga rata-rata naik. Hanya bunga jenis pecah seribu yang turun. Bunga-bunga lain yang biasa dijual untuk canang naik semua. Seperti gemitir, sandat, hingga sam-sam," jelasnya.

Demikian halnya dengan beberapa harga sarana ritual pokok seperti pejati dan juga caru. "Pejati naik tapi tidak terlalu tinggi. Biasanya harganya Rp 12 ribu, kini bisa mencapai harga sampai Rp 15 ribu," ungkap Luh Heri.

Pihaknya menganggap kenaikan harga tersebut biasa terjadi menjelang hari-hari besar keagamaan. "Naiknya masih normal-normal saja. Biasa menjelang hari besar seperti Nyepi dan Galungan," katanya.

Ketika ditanya pengaruh wabah virus corona, ia tidak terlalu merespons serius dan menganggap biasa saja. "Kalau itu memang pengaruh tapi tidak terlalu. Kalau pegawai libur. Pedagang harus tetap bekerja. Kalau tidak bekerja tidak makan," katanya.

Sementara itu, pedagang sarana ritual di Pasar Banyuasri, Made Rustini mengakui bahwa memang terjadi penurunan jumlah pembeli jika dibandingkan dengan sebelum merebaknya wabah Covid-19. "Menurun memang, ada sekitar 15-20 persen. Tapi secara umum tetap ramai. Terlebih menjelang Nyepi di mana hari ini (24/3) sangat padat sejak subuh," ujar dia.

Koresponden Antara di wilayah Kota Singaraja melaporkan beberapa kalangan masyarakat masih tetap melaksanakan ritual pecaruan atau ritual sehari menjelang Nyepi, namun dengan jumlah orang yang terbatas. Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten Buleleng telah mengimbau masyarakat untuk fokus melaksanakan ritual dan persembahyangan di rumah masing-masing. Untuk di Pura (ritual) dilaksanakan oleh para prajuru atau petugas dengan jumlah yang telah ditentukan dan protokol khusus guna mengantisipasi Covid-19.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement