Selasa 24 Mar 2020 03:37 WIB

Stok APD di Bukittinggi Menipis, Wali Kota Siapkan Jas Hujan

Petugas medis di Bukittinggi akan memakai jas hujan jika belum ada pasokan APD.

Petugas medis memakai alat pelindung diri untuk mengambil spesimen nasofaring dan orofaring pada seorang pasien suspek Covid-19. Petugas medis di Bukittinggi akan memakai jas hujan jika belum ada pasokan APD.
Foto: Antara/Aswaddy Hamid
Petugas medis memakai alat pelindung diri untuk mengambil spesimen nasofaring dan orofaring pada seorang pasien suspek Covid-19. Petugas medis di Bukittinggi akan memakai jas hujan jika belum ada pasokan APD.

REPUBLIKA.CO.ID, BUKITTINGGI -- Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Achmad Mochtar di Bukittinggi, Sumatra Barat, kekurangan ruang isolasi dan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga medis. Kelengkapan itu diperlukan untuk melayani pasien yang butuh penanganan dari bahaya Covid-19.

"Kami sudah terima konfirmasi dari rumah sakit, kondisinya sekarang kurang ruang isolasi dan APD," kata Wali Kota Bukittinggi M Ramlan Nurmatias di Bukittinggi, Senin, usai rapat penanganan Covid-19 bersama pemangku kepentingan.

Baca Juga

Menurut Ramlan, ruang isolasi sudah ditempati sembilan pasien karena memiliki gejala Covid-19. Sebagai solusi, 10 ruang di bagian paru dan THT difungsikan sebagai ruang isolasi.

"Namun informasinya hari ini akan masuk sembilan orang lagi dari luar Bukittinggi untuk isolasi. Jelas kita akan kekurangan ruang. Apalagi RSAM itu ditunjuk sebagai rumah sakit rujukan," katanya.

Ketersediaan APD di RSAM makin menipis disebut akan menyulitkan petugas medis menjalankan tugasnya. Ramlan mengaku, Pemda siap membeli APD jika ada yang menjual.

"Sekarang solusinya baru bantu menyediakan mantel hujan untuk digunakan sebagai pelindung petugas medis," katanya.

Karena kondisi itu, Ramlan meminta masyarakat mau mematuhi imbauan yang sudah disampaikan agar tidak beraktivitas di luar rumah jika bukan untuk keperluan penting mendesak. Ia menyatakan, penting bagi masyarakat untuk mau belajar dari kondisi di Italia yang mencatat terjadi kematian lebih dari 700 orang dalam sehari karena virus tersebut.

"Kita saling jaga. Masyarakat jaga diri dari risiko tertular virus dengan kurangi aktivitas dan interaksi, awasi aktivitas anak. Ini akan membantu meringankan tugas dari petugas medis," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement