Senin 23 Mar 2020 20:38 WIB

Warga Brasil Protes Penanganan Virus Corona

Presiden Brasil Jair Bolsonaro menghadapi kritik atas reaksinya hadapi virus corona

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Presiden Brasil Jair Bolsonaro  menghadapi kritik atas reaksinya hadapi virus corona. Ilustrasi.
Foto: AP Photo/Eraldo Peres
Presiden Brasil Jair Bolsonaro menghadapi kritik atas reaksinya hadapi virus corona. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Presiden Brasil Jair Bolsonaro menghadapi kritik publik yang semakin intensif atas reaksinya yang kacau terhadap krisis virus corona. Selama lima malam berturut-turut protes dilakukan oleh masyarakat dengan membunyikan peralatan dapur.

Brasil telah mencatat 1.128 kasus virus corona dan 18 kematian. Menteri Kesehatan Brasil sudah dari pekan lalu mengatakan sistem kesehatan masyarakat kemungkinan akan runtuh pada akhir April saat menghadapi pandemi virus corona.

Baca Juga

Akan tetapi Bolsonaro terus mengecilkan efek dari pandemi dan melimpahkan tugas. Dia mengkritik upaya untuk menahan virus melalui karantina atau penutupan skala besar. Bahkan, dia menggambarkan tugas gubernur negara bagian termasuk Rio de Janeiro dan São Paulo tidak bertanggung jawab.

"Ini dosis obat yang berlebihan dan terlalu banyak obat menjadi racun. Saya manajer tim dan tim bermain sangat baik, terima kasih Tuhan," kata Bolsonaro menolak kritik atas tanggapan pemerintahannya pada akhir pekan.

Dikutip dari The Guardian, sejak 17 Maret kota-kota di seluruh negeri telah menyaksikan protes panelaco yang terjadi malam hari. Demonstrasi ini menyatakan ketidakpuasan kepada Bolsonaro dengan memukul panci dari jendela dan balkon.

Kemarahan warga muncul ketika Bolsonaro malah berfoto dan bergaul dengan para pendukung di luar istana kepresidenan pada akhir pekan. Padahal, saran medis menyatakan untuk mengarantina diri karena kemungkinan paparan virus selama perjalanan ketika melakukan pertemuan dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Sejak itu, Bolsonaro mendapat kecaman keras dari media Brasil dan lawan politiknya atas perilakunya yang ceroboh dan tidak kompeten. "Kami diserang oleh musuh yang tidak terlihat. Kami membutuhkan orang-orang yang mampu memimpin bangsa," ujar mantan sekutu presiden dan anggota kongres, Janaina Paschoal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement