Senin 23 Mar 2020 19:18 WIB
corona

Schok Terapi Hamburger Hingga Corona

Kebijakan Shock Terapi Bukan Barang Baru

Soeharto dengan pakaian Jawa.
Foto: wikipedia
Soeharto dengan pakaian Jawa.

Oleh: Isti Nugroho, Penulis dan Aktivis In Demo

Dalam buku Otobiografi Soeharto bertajuk 'Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya'. Jenderal Soeharto mengakui kalau pembunuhan preman di Jogjakarta dan kota-kota lain, yang berjumlah 5000 orang untuk shock terapi. Terapi goncangan.

Kekuasaan Orde Baru bisa melakukan pembunuhan tanpa lewat proses pengadilan terlebih dulu. Mereka membunuh manusia seperti membunuh binatang. Karena perilaku manusia sudah menyerupai perilaku binatang, menurut taksir penguasa. Dan anehnya sebagaimana besar masyarakat diam.

Sekelompok klas menengah yang cinta pada kemanusiaan, kala itu memprotes ke pengadilan internasional. Sayang suaranya tidak banyak ditanggapi.

Masyarakat di tahun 1981-1982 memang resah dengan keberadaan preman, gali (gabungan anak liar) atau begal. Cara-cara preman tidak sesuai dengan laku kemanusiaan.

Pemerintah waktu itu mengambil treatment jitu, men'sukabumikan' preman. Dan pimpinan negara mengakuinya sebagai perintahnya.

Yang cinta pada hak asasi manusia, digolongkan kelompok hamburger. Mereka bicara HAM sambil minum kopi pagi. Orang-orang yang memprotes tindakan pemerintah, digolongkan orang-orang liberal yang nyari panggung dan funding.

Terapi goncangan yang menghabiskan 5000 nyawa, dicatat oleh sejarah sebagai tindakan sewenang-wenang.

Kini covig 19 yang mematikan ribuan penduduk dunia, dan sedang berlangsung, adakah merupakan tindakan shock terapi ? Terapi goncangan dari siapa pada siapa ?

Pasti bung dan bung semua yang bisa menjelaskannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement