Jumat 20 Mar 2020 14:28 WIB

GP Ansor Ingatkan Kepastian Ketersediaan Bahan Pokok

Pemerintah pastikan tak ada kelangkaan bahan pokok di masa wabah corona.

Rep: Ali Mansur/ Red: Muhammad Hafil
GP Ansor Ingatkan Kepastian Ketersediaan Bahan Pokok. Foto: Gus Yaqut, sapaan akrabnya, di depan ribuan anggota Banser, di tepi Pantai Prigi, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Minggu (13/10) sore. (istimewa)
Foto: istimewa
GP Ansor Ingatkan Kepastian Ketersediaan Bahan Pokok. Foto: Gus Yaqut, sapaan akrabnya, di depan ribuan anggota Banser, di tepi Pantai Prigi, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Minggu (13/10) sore. (istimewa)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Dampak yang ditimbulkan wabah virus Corona atau Covid-19 tidak hanya pada kesehatan saja, tapi juga berakibat buruk bagi perekonomian. Terkait hal itu, Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas meminta pemerintah untuk mempertimbangkan betul kesiapan bahan pokok, termasuk distribusi logistiknya. Maka yang terpenting adalah pemerintah perlu memperhatikan daya dukung dan kesiapan sektor pangan.

"Ketersediaan bahan pokok. Nah, apakah benar stok pangan kita cukup mengatasi kemungkinan yang terburuk. Tentu bicara ketersediaan, harus semua daerah. Distribusi logistiknya bagaimana. Tidak cukup hanya bilang aman. Ada garansi benar-benar aman?” ucap pria yang akrab disapa Gus Yaqut itu dalam siaran persnya, Jumat (20/3).

Baca Juga

Gus Yaqut menambahkan, jika sektor pangan lumpuh di saat masyarakat menghadapi krisis kesehatan, maka situasi bisa memburuk dengan cepat. Pemerintah, lanjut dia, harus benar-benar menyiapkan antisipasi kesiapan stok bahan pangan, termasuk mitigasinya jika produksi pangan ambruk. Kata dia, saat ini saja masyarakat sudah merasakan dampaknya.

"Beberapa komoditas sudah mulai langka di pasaran, harganya juga terus melambung naik. Harga impor sembako terpengaruh besar karena hampir semua kebutuhan bahan pokok kita impor, terutama dari China,” ungkapnya. 

 

Dalam situasi krisis seperti sekarang, menurut Gus Yaqut, sudah seharusnya negara mengandalkan sumber daya nasional untuk bertahan. Negara harus membeli hasil panen petani terlebih dahulu sebelum memutuskan impor untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Hal ini bukan saja untuk menjamin ketersediaan pangan, tapi juga menguatkan solidaritas dan spirit gotong royong.

“Merebaknya pandemi Covid-19 ini harus dimanfaatkan untuk memaksimalkan produk dalam negeri. Pemerintah harus mendorong penggunaan produuk sendiri apa saja. Jangan bergantung dengan impor," tutur politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tersebut.

Ini sebenarnya, lanjut Gus Yaqut, tergantung pemerintah. Kita punya produk dalam negeri tidak terbilang banyaknya. Maka, kata Gus Yaqut, tinggal ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya kalau memang dirasa kurang. Kalau soal harga, jika memang situasi saat ini harga naik, selama hasilnya buat petani tidak akan menjadi masalah. "Ini untuk memperkuat pangan nasional, memperkuat petani kita,” tegas Gus Yaqut.

Gus Yaqut mengemukakan, wabah virus Covid-19 memberi pelajaran semestinya pemerintah Indonesia tidak lagi mengandalkan barang impor. Sambungnya, tujuannya, supaya petani kita dapat menikmati hasilnya. Selain itu, meningkatkan daya beli rakyat dan batasi impor. Ia mengaku yakin Indonesia bisa swadaya, baik beras maupun komoditas lainnya.

"Lha itu, garam kita surplus, tapi kok nggak bisa terserap itu gimana, malah garam impor luber,” keluhnya.

Sebelumnya, Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Kemenko Polhukam) pastikan tidak akan ada kelangkaan barang-barang serta kebutuhan pokok lainnya di tengah wabah virus corona. Menurut Menko Polhukam Mahfud MD, pemerintah pusat sudah mengupayakan untuk mencegah terjadinya kelangkaan barang dan kebutuhan pokok tersebut.

Mahfud mengatakan, dana APBN dan APBD digunakan dalam rangka penyelamatan masyarakat dalam wabah virus corona. Dan juga, dana tersebut digunakan untuk berbagai bidang. Ia menambahkan, pemerintah bukan hanya mengobati penyakitnya namun juga melakukan pengamanan sosial dan tingkat politik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement