Jumat 20 Mar 2020 11:04 WIB

Presiden Trump Batalkan KTT G7 di Camp David

Pembatalan KTT G7 disebabkan oleh pandemi virus corona jenis baru atau Covid-19

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
President Amerika Serikat Donald Trump batalkan KTT G7 di Camp David. Ilustrasi.
Foto: AP
President Amerika Serikat Donald Trump batalkan KTT G7 di Camp David. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membatalkan pertemuan internal para pemimpin kelompok negara G7 di Camp David pada Juni. Pembatalan itu disebabkan oleh pandemi virus corona jenis baru atau Covid-19 yang telah menyebar secara global.

Sebagai gantinya, Trump akan menggelar konferensi video dengan para pemimpin G7. Keputusan pembatalan pertemuan internal G7 diambil ketika negara-negara di seluruh dunia menutup perbatasan dan melarang perjalanan untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Baca Juga

“Agar masing-masing negara memusatkan semua sumber dayanya untuk merespons tantangan kesehatan dan ekonomi akibat Covid-19 dan atas arahan Presiden Trump, Direktur Dewan Ekonomi Nasional dan Sherpa AS untuk G7 2020 Larry Kudlow telah memberi tahu bahwa KTT Pemimpin G7 AS akan dilakukan melalui konferensi video," kata juru bicara Gedung Putih Judd Deere.

Deere menambahkan, Presiden Trump akan mengadakan konferensi video lanjutan dengan para pemimpin G7 pada April dan Mei. Konferensi video ini bertujuan untuk memperkuat koordinasi antar negara G7. Gedung Putih mengatakan, pembatalan pertemuan di Camp David merupakan upaya mitigasi untuk melawan Covid-19.

Trump akan memfokuskan pertemuan G7 pada sektor ekonomi dan menghindari topik-topik tradisional yang sering menjadi agenda utama seperti perubahan iklim. Trump yang menjadi tuan rumah, sebelumnya akan mengadakan pertemuan G7 di salah satu resor pribadinya di Florida.

Namun, rencana itu dibatalkan setelah Trump dikritik bahwa dia akan mengambil keuntungan secara pribadi dari pertemuan itu. Kelompok negara-negara G7 terdiri dari AS, Italia, Jepang, Kanada, Prancis, Jerman, Inggris, dan Uni Eropa.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement