Jumat 20 Mar 2020 09:34 WIB

Tiga Skenario Nasib Liga Champions karena Dampak Corona

Pilihan terakhir adalah yang paling pahit, yaitu tanpa ada juara musim ini.

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Endro Yuwanto
Trofi Liga  Champions di markas UEFA, Nyon, Swiss. (Denis Balibouse/Reuters)
Foto: Denis Balibouse/Reuters
Trofi Liga Champions di markas UEFA, Nyon, Swiss. (Denis Balibouse/Reuters)

REPUBLIKA.CO.ID, NYON -- Penyebaran virus corona baru (covid-19) tak hanya berdampak pada ajang olahraga besar di seluruh dunia. Tapi, virus itu juga telah mengacaukan kompetisi sepak bola Eropa.

Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA) pun mengumumkan penundaan kompetisi empat tahunan yaitu Piala Eropa, yang diagendakan pada Juni dan Juli 2020. Penundaan itu agar memberikan ruang bagi beberapa liga domestik untuk merampungkan kompetisi.

Hampir seluruh kompetisi di liga-liga Eropa telah dihentikan sementara, diawali oleh Serie A Italia, lalu liga di negara-negara lainnya. Tujuan Piala Eropa diundur adalah agar musim baru liga-liga domestik berjalan tepat waktu. Bukan hanya liga domestik, UEFA juga menghentikan sementara Liga Champions saat babak 16 besar telah rampung setengah jalan.

Pada leg pertama, beberapa pertandingan sudah digelar tanpa penonton. Namun itu dinilai masih membahayakan kesehatan pemain, ofisial, dan relawan, setelah beberapa pemain dan ofisial klub dinyatakan positif covid-19. Oleh karena itu, dikutip dari Sportskeeda, Kamis (19/3), ada tiga kemungkinan yang bisa dipertimbangkan UEFA untuk merampungkan Liga Champions musim 2019/2020.

Pertama, kompetisi tetap berlangsung dengan skenario dua leg. Penundaan Piala Eropa 2020 telah membuat beberapa liga demestik dan turnamen klub UEFA punya cukup waktu untuk menyelesaikan kompetisi seperti biasa. Namun untuk Liga Champions, UEFA hanya tinggal menyelesaikan leg kedua babak 16 besar, meski sudah ada dua pertandingan yang telah selesai menjalani dua leg.

Kedua, mengikuti skema Liga Bangsa-Bangsa Eropa. Kemungkinan ini masih cocok dengan babak 16 besar dan babak perempat final yang memainkan dua leg, sebelum memainkan sistem satu leg pada semifinal dan final di Istanbul, Turki. Jika mirip dengan Liga Bangsa-Bangsa Eropa, maka kompetisi akan cepat diakhiri.

Bagaimana pun, banyak negara di Eropa yang menutup negaranya dari penerbangan untuk menghindari penyebaran virus yang berasal dari Wuhan, China tersebut. Sehingga, skema ini jadi yang paling masuk akal, di saat sulitnya menjangkau akses masuk ke negara-negara tempat klub yang masih tampil di Liga Champions. Lokasi final Liga Champions juga bisa saja dipindah, mengingat level penularan di Turki yang meningkat dan mulai menerapkan larangan perjalanan yang membuat situasi kian rumit.

Pilihan terakhir adalah yang paling pahit, yaitu tanpa ada juara musim ini. Namun ini jadi skema paling mungkin dilakukan, jika kompetisi tak segera dimulai dalam dua bulan ke depan. Jika pertandingan tidak diteruskan pada bulan Mei, klub akan dibebankan dengan pertandingan yang padat saat liga di negara masing-masing peserta dimulai lagi.

Namun demikian, kemungkinan kompetisi sepak bola akan dimulai dalam waktu dekat masih kecil, di tengah pandemik corona. ''Keputusan lebih lanjut kapan pertandingan digelar lagi akan dikomunikasikan lebih lanjut,'' jelas UEFA dalam sebuah pernyataan dikutip dari laman resmi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement