Kamis 19 Mar 2020 14:52 WIB

Malaysia Lacak Warga Rohingya yang Hadir dalam Tabligh Akbar

Malaysia akan melacak 2.000 warga Rohingya yang hadiri tabligh akbar di Kuala Lumpur.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Jalanan di depan bangunan mal Suria KLCC dan Petronas Tower di Kuala Lumpur, Malaysia, tampak sepi, Rabu (18/3), Malaysia memberlakukan lockdown seluruh negara hingga akhir Maret untuk mencegah penyebaran virus corona.(AP/Vincent Thian)
Foto: AP/Vincent Thian
Jalanan di depan bangunan mal Suria KLCC dan Petronas Tower di Kuala Lumpur, Malaysia, tampak sepi, Rabu (18/3), Malaysia memberlakukan lockdown seluruh negara hingga akhir Maret untuk mencegah penyebaran virus corona.(AP/Vincent Thian)

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Pihak berwenang Malaysia melacak sekitar 2.000 warga Rohingya yang menghadiri acara tabligh akbar. Sebelumnya, sejumlah peserta yang menghadiri acara tabligh akbar tersebut telah positif terinfeksi virus corona jenis baru atau Covid-19.

Lebih dari 100 ribu warga Rohingya tinggal di Malaysia setelah mereka melarikan diri dari Myanmar. Namun, mereka dianggap sebagai imigran ilegal di Malaysia. Status imigran ilegal kemungkinan akan membuat banyak dari mereka enggan mengidentifikasi diri ketika dilakukan tes virus corona.

Baca Juga

Pelacakan warga Rohingya tersebut merupakan upaya pemerintah Malaysia untuk melacak penyebaran Covid-19 di antara imigran ilegal. Acara tabligh akbar yang digelar di sebuah masjid di pinggiran ibukota Malaysia, Kuala Lumpur dihadiri oleh sekitar 16 ribu orang dari seluruh negara di Asia Tenggara, termasuk warga Rohingya.

Hampir 600 kasus virus corona di Asia Tenggara dikaitkan dengan acara tabligh akbar tersebut, termasuk 513 di Malaysia, 61 di Brunei, 22 di Kamboja, lima di Singapura dan dua di Thailand. Pihak berwenang Malaysia telah melacak para peserta tabligh akbar, tetapi sulit untuk menemukan sekitar 4.000 peserta tabligh akbar lainnya.

"Mereka telah kembali ke keluarga mereka di seluruh Malaysia, menjadi sulit bagi kami untuk menghubungi mereka. Banyak yang takut mengakui bahwa mereka hadir, mereka khawatir akan mendapat masalah dengan pihak berwenang. Pemerintah khawatir jika mereka tidak mengakui bahwa mereka hadir, maka penyebaran infeksi akan meluas," ujar salah satu sumber yang bekerja dengan komunitas pengungsi.

Pemerintah telah meminta divisi penyelidikan kriminal polisi untuk melacak para peserta tabligh akbar. Polisi menolak berkomentar dan mengarahkan pertanyaan ke Dewan Keamanan Nasional Malaysia di bawah kantor perdana menteri. Namun, Dewan Keamanan Nasional enggan memberikan komentar.

Para peserta tabligh akbar menghabiskan sebagian besar waktunya di masjid. Beberapa pergi ke restoran, pusat perbelanjaan, dan menara kembar Petronas yang menjadi landmark Kuala Lumpur. Satu orang yang menghadiri tabligh akbar tersebut dikonfirmasi telah meninggal dunia karena terinfeksi virus corona.

UNHCR di Malaysia mengatakan kepada Reuters, mereka telah mengimbau kepada seluruh pengungsi dan pencari suaka agar memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat. Mereka disarankan pergi ke rumah sakit jika mengalami gejala-gejala Covid-19.

"Pengungsi dan pencari suaka disarankan untuk memeriksakan diri ke rumah sakit, jika mereka menunjukkan gejala infeksi COVID-19, terlepas dari apakah mereka hadir di acara-acara seperti pertemuan keagamaan yang disebutkan," kata UNHCR Malaysia.

Seorang warga Rohingya yang tinggal di negara bagian Malaysia mengatakan, dia menghabiskan waktu selama beberapa hari di masjid ketika acara tabligh akbar bersama puluhan rekannya sesama warga Rohingya. Dia mengatakan bahwa dirinya dan rekan-rekannya tidak menunjukkan gejala apa pun.

"Semuanya baik-baik saja, tidak ada demam apa-apa," ujarnya.

Seorang pekerja konstruksi Bangladesh yang tinggal di dekat masjid, Salman mengatakan, dia dan banyak warga Bangladesh lainnya ikut menghadiri acara tabligh akbar tersebut. Dia telah memeriksakan diri ke rumah sakit dan hasilnya negatif virus corona. Namun, pihak rumah sakit tetap meminta Salman untuk waspada dan rutin melakukan pemeriksaan.

"Ketika saya pergi untuk melakukan tes, mereka tidak meminta paspor atau izin kerja atau dokumen apa pun. Mereka hanya menanyakan nama, umur, dan alamat saya," kata Salman. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement