Rabu 18 Mar 2020 20:55 WIB

Arab dalam Literatur Klasik

Orang Arab sangat menjunjung tinggi kebebasan mereka.

Rub al-Khali atau dikenal dengan Empty Quarter  di Semenanjung Arabia.(tripwow.tripadvisor.com)
Foto: tripwow.tripadvisor.com
Rub al-Khali atau dikenal dengan Empty Quarter di Semenanjung Arabia.(tripwow.tripadvisor.com)

REPUBLIKA.CO.ID,Semenanjung Arab dan orang-orang Arab sudah dikenal baik oleh orang Yunani dan Romawi, Negeri ini berada di jalur perjalanan mereka menuju India dan Cina.

Dalam buku History of The Arabs yang ditulis Philip K. Hitti dijelaskan para penulis klasik membagi negeri ini menjadi Arab Felix, Arab Petra, dan Arab Gurun didasarkan atas pembagian wilayah itu kedalam tiga kekuatan politik pada abad pertama Masehi, yaitu kawasan yang bebas, kawasan yang tunduk pada penguasa Romawi, dan kawasan yang secara nominal berada dalam kendali Persia. 

Ungkapan "orang-orang Arab" pertama kali digunakan dalam literatur Yunani oleh Aeschylus (525-456 SM), yang merujuk pada para perwira tinggi Arab dalam barisan angkatan perang Xerxes. Herodotus (sekitar 484-425 SM) juga menggunakannya untuk merujuk pada orang-orang Arab dalam angkatan perang Xerxes, yang berasal dari Mesir timur. 

Bagi para penulis klasik, mulai Eratosthenes dari Yunani (meninggal sekitar 196 SM) hingga Pliny dari Romawi (meninggal sekitar 79 M), Semenanjung Arab adalah sebuah negeri yang sangat makmur dan mewah. Arab merupakan negeri tempat tumbuhnya tanaman penghasil wewangian dan rempah-rempah lainnya; penduduknya mencintai dan menikmati kebebasan.

Memang, ciri bangsa Arab yang paling memikat para penulis Barat adalah ciri yang terakhir. Watak orang-orang Arab yang independen telah menjadi bahan pujian dan kekaguman para penulis Eropa sejak masa lalu.

Diodoris Siculus (hidup pada parauh kedua abad pertama Masehi) menegaskan bahwa orang-orang Arab "sangat menjunjung tinggi kebebasan mereka". Dalam karyanya, Geography, Trabo (24 Masehi), berdasarkan otoritas penulis Yunani sebelumnya, menyatakan bahwa orang-orang Arab adalah satu-satunya bangsa yang tidak mengirimkan dutanya kepada Aleksander, yang punya rencana untuk menjadikan  Arab sebagai pusat kerajaannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement