Kamis 19 Mar 2020 01:15 WIB

IDEAS: Tingkat Pengangguran Perkotaan Terus Meningkat

Kantong pengangguran nasional terbesar terkonsentrasi di Jabodetabek

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Esthi Maharani
Pengangguran
Foto: eutimes.net
Pengangguran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Institute For Demographic and Poverty Studies (IDEAS) merilis hasil riset Maret 2020 terkait lapangan kerja layak metropolitan. IDEAS menilai Indonesia masih menghadapi masalah ketenagakerjaan yang mendasar, yakni penciptaan lapangan kerja.

Tingkat pengangguran terbuka Indonesia memang tercatat rendah dan terus menurun dalam sepuluh tahun terakhir yakni dari kisaran tujuh persen menjadi kini di kisaran lima persen. Namun pekerja tidak penuh waktu jumlahnya cukup signifikan.

IDEAS menelaah 20 daerah aglomerasi di seluruh Indonesia, dari Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) hingga Mamminasata (Makassar, Takalar, Gowa, Maros). IDEAS menemukan permasalahan ketenagakerjaan justru lebih serius terjadi di perkotaan, khususnya daerah metropolitan.

Peneliti IDEAS, Askar Muhammad menyampaikan jumlah pengangguran di 20 daerah aglomerasi mencapai 3,4 juta orang. Jumlah ini lebih dari 44 persen angka nasional. Porsi terbesar pengangguran berada di Jabodetabek yang mencapai 1,3 juta orang.

"Kantong pengangguran nasional terbesar terkonsentrasi di Jabodetabek yaitu berturut-turut Kab. Bogor, Kab. Tangerang, Kab. Bekasi dan Kota Bekasi," kata Askar pada diskusi Soft Launching hasil riset bulanan IDEAS, dilansir di siaran pers, Selasa (17/3).

Ini merupakan fenomena aneh, yakni terbaliknya Hukum Okun. Hukum Okun menyebutkan bahwa seiring perekonomian tumbuh, tingkat pengangguran akan turun. Namun, Di Jabodetabek, Bandung Raya, dan Gerbangkertosusila, justru yang terjadi sebaliknya.

Terlihat bahwa seiring tumbuhnya perekonomian, justru tingkat pengangguran semakin menjadi-jadi. Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya membawa berkah, bukan menyengsarakan atau membawa malapetaka.

Menurut data BPS, semakin banyak tenaga kerja di DKI Jakarta yang bekerja di sektor informal. Askar mengatakan, ini menunjukkan bahwa kemampuan sektor formal di kota-kota besar untuk menyerap tenaga kerja mengalami penurunan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement