Rabu 18 Mar 2020 14:01 WIB

Kadin Nilai Penurunan Impor China tidak Berkelanjutan

Meski produksi menurun, tidak ada kenaikan harga di pasar.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Agus Yulianto
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Rosan Roeslani.
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Rosan Roeslani.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai, menurunnya impor dari China tidak bersifat berkelanjutan. Sebab, jika negeri Tirai Bambu itu bisa kembali menyuplai bahan baku, maka impor China ke Tanah Air bisa meningkat lagi.

"Kemarin ekspor kita sempat naik cukup lumayan. (Neraca perdagangan) juga surplus karena impor banyak turun, kita lihat ini bukan suatu hal yang sustain," ujar Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan P Roeslani saat ditemui di Jakarta pada Rabu, (17/3).

Ia mengakui, impor bahan baku memang sempat alami kendala terutama dari China. Di antaranya bahan baku elektronik untuk membuat televisi, ponsel, dan sebagainya.

"Sekarang sudah mulai jalan lagi suplainya. Hanya saja memang demand pun lagi lemah, sehingga produksi turun di bawah kapasitas ideal," kata dia. 

Penurunan pada suplai, demand, serta produksi, kata Rosan, membuat pelaku usaha harus melalukan efisiensi. "Running dalam kapasitas yang bisa berjalan dulu," ujarnya.

Meski produksi menurun, lanjut dia, tidak ada kenaikan harga di pasar. Ini karena demand-nya juga lemah. Kata dia, kalau demand tinggi baru harga bisa naik. "ini kan flat, jadi pasti harga flat," tegas Rosan.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, neraca perdagangan nasional mengalami surplus pada Februari 2020. Nilai surplusnya sebesar 2,34 miliar dolar AS.

BPS mencatat, nilai ekspor pada Februari 2020 mencapai 13,94 miliar dolar AS atau naik 2,24 persen month to month (mtm). Lalu secara tahunan atau year on year (yoy) juga meningkat 11,01 persen. 

Berikutnya, nilai impor pada bulan lalu mencapai 11,06 miliar dolar AS atau turun 18,69 persen mtm. Jika dibandingkan dengan Februari tahun lalu, kinerja impor pun turun 5,11 persen yoy.

Sementara, ekspor Indonesia ke China menurun 245,5 juta dolar AS pada Februari lalu. Penurunan itu didominasi beberapa komoditas seperti tembaga dan pulp kayu. 

Impor China ke Tanah Air pun menurun drastis hingga 1,95 miliar dolar AS. Terutama impor mesin dan perlengkapan, elektrik, mesin dan peralatan mekanik, plastik, dan barang rajutan. 

Meski begitu, Indonesia tetap mengalami defisit perdagangan dengan China. Nilai defisitnya mencapai 1,95 miliar dolar AS. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement