Thursday, 16 Syawwal 1445 / 25 April 2024

Thursday, 16 Syawwal 1445 / 25 April 2024

MPR : Gotong Royong Menghadapi Wabah Virus Corona

Selasa 17 Mar 2020 20:45 WIB

Red: Hiru Muhammad

Indonesia saat ini sedang menghadapi wabah virus Corona. Menghadapi masalah bangsa ini diperlukan kegotong-royongan dan solidaritas di antara anak bangsa. Inilah momentum untuk mewujudkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, yaitu gotong royong, saling berbagi, saling mendukung, dan saling sinergi mengatasi masalah virus Corona ini.

Indonesia saat ini sedang menghadapi wabah virus Corona. Menghadapi masalah bangsa ini diperlukan kegotong-royongan dan solidaritas di antara anak bangsa. Inilah momentum untuk mewujudkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, yaitu gotong royong, saling berbagi, saling mendukung, dan saling sinergi mengatasi masalah virus Corona ini.

Foto: istimewa
Para pengusaha dapat menyisihkan keuntungan dengan menyediakan masker dan antiseptic

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia saat ini sedang menghadapi wabah virus Corona. Menghadapi masalah bangsa ini diperlukan kegotong-royongan dan solidaritas di antara anak bangsa. Inilah momentum untuk mewujudkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, yaitu gotong royong, saling berbagi, saling mendukung, dan saling sinergi mengatasi masalah virus Corona ini. 

Demikian rangkuman  dari Diskusi Empat Pilar MPR yang bertema “Ideologi Pancasila dalam kaitan Wabah Virus Corona” di Media Center MPR/DPR, Gedung Nusantara III, Senayan, Jakarta, Selasa (17/3). Disikusi kerjasama antara Koordinatoriat Wartawan Parlemen dengan Biro Humas MPR RI dan BPIP ini menghadirkan narasumber Ketua MPR Bambang Soesatyo, Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP Romo Benny Susetyo, Rumah Bhinneka Saut Situmorang, dan pakar komunikasi UI Prof Effendy Ghazali.

Ketua MPR Bambang Soesatyo menegaskan untuk menghadapi masalah wabah virus Corona perlu mengedepankan nilai-nilai Pancasila, yaitu gotong royong dan solidaritas antar sesama anak bangsa. Dia mencontohkan menjaga jarak (distancing) merupakan salah satu bentuk solidaritas, karena selain untuk melindungi diri sendiri juga membantu untuk tidak menularkan ke orang lain.

Bentuk lain dari gotong royong dan solidaritas sosial, Bambang menyebut para konglomerat dan pengusaha untuk menyisihkan keuntungan dengan menyediakan masker dan antiseptic tangan bagi masyarakat yang kurang mampu. “Sisihkan sebagian keuntungan untuk membagikan masker, antiseptic tangan, dan vitamin-vitamin ke Puskesmas-Puskesmas. Inilah kegotong-royongan yang ingin kita kedepankan,” katanya.

Di balik musibah ini, Bamsoet melihat peluang yang bisa dimanfaatkan para pengusaha, yaitu berbisnis kekayaan rempah-rempah Indonesia, seperti jahe merah, dan lain-lain, serta buah-buahan dalam negeri. “Di samping musibah, tetapi juga bisa menjadi berkah,” ujarnya.

Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP Benny Susetyo juga sependapat saat ini bisa menjadi momentum untuk mewujudkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. “Pancasila kalau diperas adalah gotong royong. Gotong royong adalah saling berbagi, saling mendukung, dan saling sinergi. Semua kekuatan elemen bangsa, partai politik, tokoh agama, dan semuanya saling bergotong royong mengatasi masalah ini,” paparnya.

Dia juga mencontohkan nilai-nilai Pancasila seperti sikap tenggang rasa, respek satu dengan yang lain. “Menjaga jarak, tidak keluar rumah, etika batuk, menggunakan masker, merupakan wujud dari nilai kemanusiaan. Nilai kemanusiaan itu peduli satu sama lain. Tidak memborong barang berlebihan itu artinya tidak menyusahkan orang lain. Itu menjaga persatuan. Jika masing-masing respek satu sama lain, artinya mengimplementasikan Pancasila dalam praktik kehidupan sehari-hari,” tambahnya.

Saut Situmorang mengatakan bencana besar seperti wabah Corona ini harus memperhatikan variabel-variabel kecil. Pancasila sudah mengingatkan soal variabel-variabel kecil itu seperti respek dengan orang lain, tenggang rasa, konsensus dengan orang lain, bijaksana di kerumunan. “Pancasila hari ini sedang diuji. Pancasila menjadi harapan, jalan, dan tujuan yang sekaligus memungkinkan kita untuk adil,” ujarnya.

Pakar komunikasi UI, Prof Effendy Ghazali, menyebutkan tidak perlu ada lock down dalam konteks keamanan seperti menutup Bandara atau lainnya. “Yang diperlukan adalah social lock down atau self lock down, yaitu lock down oleh warga negara sendiri. Kita bisa melakukan social lock down atau self lock down. Modalnya adalah Pancasila dan gotong royong. Artinya, kita betul-betul menahan diri. Kita sikapi wabah virus Corona ini dengan Pancasila dan gotong royong,” katanya.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler