Selasa 17 Mar 2020 19:44 WIB

Penjualan Semen Indonesia Tumbuh di Tengah Lesunya Pasar

Jumlah penjualan tersebut naik 28,5 persen dibandingkan 2018.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Gita Amanda
Penjualan Semen Indonesia terus meningkat di tengah lesunya pasar. Foto Semen Indonesia(Semen Indonesia)
Foto: Semen Indonesia
Penjualan Semen Indonesia terus meningkat di tengah lesunya pasar. Foto Semen Indonesia(Semen Indonesia)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) mencatatkan total volume penjualan domestik dan ekspor sebesar 42,6 juta ton pada 2019. Jumlah penjualan tersebut naik 28,5 persen dibandingkan 2018 yang sebesar 33,2 juta ton.

Direktur Utama SIG Hendi Prio Santoso mengatakan, volume penjualan sebesar 42,6 juta ton termasuk penjualan dari Thang Long Cement (TLCC) Vietnam. Ia memerinci, penjualan domestik meningkat 32,5 persen menjadi 36,3 juta ton.

Baca Juga

"Ada peningkatan meskipun permintaan di pasar semen domestik hanya tumbuh 0,3 persen," kata Hendi dalam siaran pers, Selasa (17/3). 

Di pasar regional, kata Hendi, penjualan dari Vietnam dan ekspor tercatat sebanyak 6,3 juta ton. Jumlah itu meningkat 9,1 persen dari tahun sebelumnya.

Dari sisi kinerja keuangan, SIG membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 2,3 triliun. Sedangkan pendapatan perseroan tercatat Rp 40,3 triliun, naik 31,5 persen dibanding tahun 2018 sebesar Rp 30,6 triliun.

Hendi mengatakan, laba bersih yang sebesar Rp 2,3 triliun mengalami penurunan 23,2 persen dibandingkan 2018. Namun, penurunan itu disebabkan meningkatnya beban keuangan dalam proses akuisisi Solusi Bangun Indonesia (SBI).

Ia menambahkan, perseroan telah melakukan berbagai langkah untuk efisiensi beban keuangan, di antaranya dengan melakukan pembayaran atau pelunasan pinjaman sebesar Rp 1,4 triliun selama 2019. Selain itu, melakukan refinancing atas pinjamannya di tahun 2019 sehingga memperoleh tingkat bunga yang lebih kompetitif. Langkah ini diharapkan dapat menurunkan beban keuangan perseroan.

Menurut Hendi, perseroan sepanjang tahun lalu mampu menjaga kinerja dengan mencatatkan EBITDA margin sebesar 21,5 persen atau meningkat 0,1 persen dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan EBITDA margin itu berasal dari berbagai inisiatif strategis yang dilakukan.

"Mulai dari integrasi Solusi Bangun Indonesia, optimalisasi fungsi strategis di bidang pemasaran, supply chain, procurement, dan berbagai langkah transformasi perseroan," kata Hendi.

SIG membukukan EBITDA Rp 8,7 triliun, naik 32,3 persen dibanding 2018 sebesar Rp 6,6  triliun. Laba per saham dasar tercatat Rp 403, turun 22,3 persen dibandingkan 2018 yang sebesar Rp 519. Adapun beban pokok pendapatan tercatat Rp 27, 6 triliun, naik 29,5 persen dibanding 2018 sebesar Rp 21,3 triliun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement