Selasa 17 Mar 2020 16:34 WIB

Buyback Saham Belum Disertai Kepercayaan Investor

Dengan kondisi global yang terus turun, potensi mencapai krisis akan terbuka lebar.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Refleksi layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/3).Aksi pembelian kembali (buyback) saham khususnya milik emiten pelat merah dinilai masih belum menunjukkan dampak yang positif terhadap pergerakan indeks saham.
Foto: Republika/Prayogi
Refleksi layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/3).Aksi pembelian kembali (buyback) saham khususnya milik emiten pelat merah dinilai masih belum menunjukkan dampak yang positif terhadap pergerakan indeks saham.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi pembelian kembali (buyback) saham khususnya milik emiten pelat merah dinilai masih belum menunjukkan dampak yang positif terhadap pergerakan indeks saham. Hal tersebut lantaran masih minimnya kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi ke depan. 

"Saya kira buyback perusahaan BUMN tanpa disertai kepercayaan investor hanya sekedar menahan aksi jual sementara," kata analis Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi kepada Republika.co.id, Selasa (17/3).

Baca Juga

Lanjar mengatakan tren penurunan yang terus terjadi saat ini bukan lagi karena pengaruh katalis dalam negeri, namun lebih disebabkan oleh katalis global yang sedang memburuk. Pandemik Covid-19 disebut telah memicu terjadinya krisis global. 

Investor pun mulai khawatir akan dampak dari sejumlah kebijakan yang dikeluarkan oleh berbagai bank sentral dalam merespons dampak pandemik Covid-19 itu. Menurut Lanjar, kebijakan yang dirilis secara agresif justru memicu pasar melakukan aksi jual. 

"Semua orang panik jual di aset berisiko, mereka mengambil keputusan secara tidak rasional," kata Lanjar menambahkan. 

Dengan kondisi global yang terus menurun ini, Lanjar mengatakan potensi mencapai krisis akan terbuka lebar. Sejumlah kelonggaran yang diberikan ditangkap pasar sebagai sinyal perlambatan ekonomi. 

Dampaknya, institusi pun ramai-ramai menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi. Negara terkena wabah juga mulai menutup akses mereka atau lockdown sehingga mengancam perdagangan internasional dan aktivitas bisnis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement