Selasa 17 Mar 2020 05:06 WIB

Kekhawatiran Hadapi Corona Bisa Picu Gangguan Kecemasan

Beragam informasi Corona bagi yang tak berpikir rasional bisa picu distorsi kognitif

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
(Ilustrasi) Petugas Kesehatan di Rumah Sakit merawat pasien yang diduga terpapar virus corona.(The Central Hospital of Wuhan via Weibo/Hando). Beragam informasi Corona bagi yang tak berpikir rasional bisa picu distorsi kognitif
Foto: The Central Hospital of Wuhan via Weibo/Hando
(Ilustrasi) Petugas Kesehatan di Rumah Sakit merawat pasien yang diduga terpapar virus corona.(The Central Hospital of Wuhan via Weibo/Hando). Beragam informasi Corona bagi yang tak berpikir rasional bisa picu distorsi kognitif

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Informasi tentang virus corona jenis baru COVID-19 kini dengan mudah berseliweran di berbagai kanal. Psikiater Lahargo Kembaren dari RS Marzoeki Mahdi Bogor mengatakan, tsunami informasi tersebut dapat memicu distorsi kognitif dan gangguan kecemasan.

Semua informasi yang diterima tanpa diketahui kebenarannya berpotensi menjadi stimulus yang menimbulkan persepsi pikiran kognitif, atau cara seseorang berpikir. Ada beberapa model cara berpikir yang tidak rasional atau distorsi kognitif.

Model pertama adalah catastrophic, yaitu ketika seseorang memikirkan bahaya virus corona lebih buruk dari yang sebenarnya terjadi. Kedua, over generalization yang menganggap semua peristiwa dipicu dari sebuah kejadian sama dan spesifik.

Cara berpikir lain yaitu all or nothing thinking alias "segalanya atau tidak sama sekali". Pola pikir perfeksionis berlebihan ini tidak menoleransi kesalahan, menganggap kasus corona di Indonesia adalah kegagalan pemerintah dan tim dokter.

Mental filter, cara berpikir lainnya, selalu menemukan dan terfokus pada sisi negatif dari sebuah peristiwa. Ada juga should, yang membuat seseorang tidak nyaman, sedih, kecewa, dan marah karena memikirkan hal ideal yang 'seharusnya' terjadi dalam benaknya.

Terakhir, yakni jump to the conclusion atau berpikir loncat, seolah sudah tahu apa yang akan terjadi meski belum dijalani. Misal, seseorang yang batuk dan demam, merasa sudah terjangkit corona padahal belum tentu demikian.

"Semua pikiran tidak rasional itu bila terus-menerus diulang akan menyebabkan terjadinya ruminasi yang akan mengganggu fungsi otak, sehingga menyebabkan munculnya stres atau gangguan kejiwaan seperti cemas/ansietas dan depresi," ujar Lahargo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement