Senin 16 Mar 2020 17:51 WIB

Menjawab 4 Pertanyaan Seputar Penularan Covid-19

Ada empat pertanyaan yang paling sering ditanyakan soal Covid-19.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Foto rontgen dada. Ada sejumlah pertanyaan yang sering ditanyakan masyarakat soal Covid-19.
Foto: Republika/Abdan Syakura
Foto rontgen dada. Ada sejumlah pertanyaan yang sering ditanyakan masyarakat soal Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Covid-19 kini telah ditetapkan sebagai pandemi oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) dengan total kasus sebanyak 169.904 per 16 Maret. Saat ini, sebanyak 77.776 pasien telah berhasil sembuh dari penyakit tersebut.

Covid-19 disebabkan oleh virus corona jenis baru yang diberi nama SARS-CoV-2 oleh WHO. Sebagai sesuatu yang baru, hingga saat ini masih ada cukup banyak hal yang belum diketahui mengenai Covid-19 dan juga SARS-CoV-2.

Baca Juga

"Masih ada banyak hal yang tidak ketahui," ujar mantan direktur Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Dr Tom Frieden, seperti dilansir AP.

Satu hal yang paling disoroti dari pandemi Covid-19 adalah penyebarannya yang relatif cepat. Hanya dalam hitungan bulan sejak kasus pertama muncul pada November 2019, saat ini sudah ada 157 negara yang terdampak oleh Covid-19.

 

Setidaknya ada empat pertanyaan yang kerap diajukan seputar penularan Covid-19. Berikut ini adalah keempat pertanyaan tersebut.

Bagaimana Covid-19 menyebar?

Sebagian besar penyebaran Covid-19 terjadi melalui paparan droplet (percikan liur) dari orang yang terinfeksi ketika mereka batuk atau bersin. Droplet ini lalu terhirup oleh orang-orang di sekitarnya dan menyebabkan infeksi.

Saat ini, belum ditemukan adanya transmisi dengan cara menyentuh benda atau permukaan yang terpapar oleh droplet dari orang terinfeksi. Namun, kemungkinan penularan lewat benda atau permukaan yang terpapar droplet dari orang terinfeksi tetap terbuka.

Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk selalu mencuci tangan dan menghindari menyentuh area wajah. Berdasarkan penelitian terbaru, virus penyebab Covid-19, yaitu SARS-CoV-2 bisa bertahan di udara selama beberapa jam.

Virus ini juga bisa bertahan hingga 24 jam di kardus dan bertahan hingga dua hingga tiga hari di permukaan plastik dan stainless steel. Virus yang menempel pada permukaan-permukaan ini bisa dihilangkan dengan cairan yang mengandung pemutih.

"Meski kami masih mempelajari biologi virus ini, tampaknya tidak ada risiko besar penularan melalui keringat," jelas ahli mikrobiologi Georgetown University Julie Fischer.

Seberapa cepat Covid-19 menyebar?

Tiap orang yang terinfeksi rata-rata bisa menularkan penyakitnya ke dua sampai tiga orang lainnya menurut perkiraan peneliti. Covid-19 dapat menyebar lebih cepat dibandingkan flu namun lebih lambat bila dibandingkan campak, tuberkulosis, dan beberapa penyakit pernapasan lain.

Hingga saat ini, belum diketahui apakah Covid-19 lebih sulit menyebar pada anak-anak. Namun, saat ini, kasus anak-anak yang terdiagnosis dengan Covid-19 jauh lebih sedikit dibandingkan orang dewasa.

Studi di Cina yang melibatkan 1.009 pasien menemukan bahwa hanya ada 0,9 persen kasus Covid-19 pada anak di bawah 15 tahun.

Kapan Covid-19 gejala mulai terasa?

Rata-rata, gejala Covid-19 baru muncul setelah lima sampai enam hari terpapar oleh virus. Akan tetapi, gejala juga bisa baru muncul setelah dua minggu terpapar virus.

Penelitian menunjukkan bahwa jumlah virus terbanyak ditemukan di tenggorokan dan hidung orang yang terinfeksi sekitar dua hari sebelum gejala muncul. Keberadaan virus juga telah ditemukan pada feses pasien beberapa minggu setelah pasien pulih. Namun, bukan berarti virus pada feses pasien yang sudah pulih bisa menyebabkan penyakit.

"Virusnya bisa terdegradasi. Itu tentunya bukan virus yang menular," tutur ahli virus dari St Jude Children's Research Center Robert Webster.

Bisakah pasien pulih kembali terkena Covid-19?

Pertanyaan ini masih belum diketahui jawabannya. Laporan di China menunjukkan bahwa ada beberapa orang yang terkena Covid-19 dan berhasil pulih lalu kemudian kembali sakit.

Akan tetapi, belum diketahui apakah pasien tersebut mengalami kekambuhan, terkena infeksi baru, atau pasien tersebut sebenarnya sejak awal belum benar-benar sembuh. Peneliti dari Fred Hutchinson Cancer Research Center mengatakan SARS-CoV-2 memiliki sekitar 30.000 huruf kode genetik.

Setiap 15 hari, satu puluhan ribu huruf itu mengalami perubahan. Belum diketahui seberapa banyak perubahan yang dibutuhkan sampai virus tersebut bisa tampak benar-benar berbeda di "mata" sistem imun tubuh pasien dan bisa kembali menyebabkan infeksi baru.

Terlepas dari itu, Dr Anthony Faucy dari National Institutes of Health menilai, kemungkinannya sangat kecil bagi seorang pasien yang sudah sembuh untuk kembali terinfeksi SARS-CoV-2 dan jatuh sakit. Akan tetapi, belum ada studi ilmiah yang kuat untuk membuktikan pernyataan ini.

"Karena bila virus ini bertindak seperti virus-virus lainnya, maka setelah Anda pulih, Anda tidak akan terinfeksi lagi," jelas Faucy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement