Sabtu 14 Mar 2020 18:17 WIB

Obat untuk IHSG yang Meriang

IHSG bukan satu-satunya indeks yang memiliki performa buruk.

Friska Yolandha, Redaktur Republika.co.id(Republika.co.id)
Foto: Republika.co.id
Friska Yolandha, Redaktur Republika.co.id(Republika.co.id)

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Friska Yolandha*

Indeks Harga Saham Perdagangan Jumat (13/3) pagi dihentikan sementara, setengah jam setelah dibuka. Penyebabnya adalah anjloknya IHSG hingga 5,01 persen. Berdasarkan aturan yang dikeluarkan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 10 Maret, IHSG akan disetop sementara perdagangannya selama 30 menit jika turun lebih dari lima persen.

Ini kali kedua pergerakan indeks disetop. IHSG pertama kali mengalami trading halt pada Kamis (12/3) sore sekira pukul 15.33 WIB. Karena waktu penghentian sementara sangat dekat dengan jadwal tutup, IHSG ditutup lebih cepat.

IHSG telah mengalami kontraksi sejak awal tahun ini. Pada awal perdagangan, IHSG dibuka di level 6.283,58. Indeks bergerak variatif dan sempat di level tertingginya, 6.325,41 pada 14 Januari 2020. Namun setelahnya, indeks mengalami penurunan secara konsisten hingga menyentuh level 4.895,74 pada pembukaan Jumat. Dengan demikian, IHSG telah turun 22 persen sepanjang tahun ini.

Penurunan indeks bukan tanpa alasan. Investor ramai-ramai menarik dana mereka dari pasar saham nasional lantaran khawatir dengan penyebaran virus corona. Terlebih, virus yang dinamai Covid-19 itu telah menjadi pandemi, yaitu wabah atau penyakit yang menyebar di seluruh dunia. Ratusan ribu orang terinfeksi dan puluhan ribu orang meninggal dunia.

Ketidakpastian global mendorong investor mengalihkan dana mereka dari pasar ke instrumen yang lebih aman. Sebagian memilih menyimpan dana tunai sebagai dana darurat.

Sentimen dari dalam negeri pun tak sanggup mendongkrak kinerja pasar modal. Jelang akhir Februari lalu, Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,75 persen setelah mempertahankannya di level 5 persen selama empat bulan berturut-turut. Selain itu, pemerintah juga akan memberikan stimulus ekonomi untuk mendongkrak pariwisata.

Kedua sentimen di atas sempat mendorong laju IHSG ke zona hijau. Sayangnya, tidak perlu waktu lama bagi indeks untuk kembali merosot. Sejak Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus pertama corona di Indonesia, IHSG konsisten turun. Kondisi ini diperparah oleh perang harga minyak antara Rusia dan Arab Saudi.

Indonesia tidak sendiri. Indeks global pun mengalami kontraksi yang cukup signifikan. Di Asia, bursa saham Thailand turun paling, parah, yaitu sampai 30 persen  sepanjang tahun ini. Bursa Balngladesh anjlok 24 persen (year to date/ytd), Vietnam 24 persen. Sementara, bursa Malaysia turun 19 persen dan bursa Singapura terkoreksi 17,5 persen.

Lebih luas, indeks Nasdaq anjlok 5 persen dalam tiga bulan terakhir. Satu bulan ini, Nasdaq sudah turun 25 persen. Indeks FTSE juga turun melemah hingga 25 persen. Bursa Prancis dan Jerman masing-masing 23 persen dan 20 persen. Sementara, saham Australia terkontraksi 10 persen.

Artinya, Indonesia bukan satu-satunya negara yang pasar modalnya morat-marit karena investor yang menarik kembali dana mereka. Ada banyak negara yang juga berjuang supaya pasar modalnya tidak menyentuh level terendah.

Sejumlah upaya lain pun dilakukan pemerintah untuk menjaga kestabilan ekonomi. Berbagai stimulus diluncurkan agar target pertumbuhan ekonomi tahun ini tidak meleset jauh. Baru saja diumumkan, pemerintah menggelontorkan stimulus fiskal sebesar Rp 22,9 triliun agar ekonomi Indonesia tetap kuat dalam menghadapi dampak penyebaran virus corona. Stimulus diberikan kepada berbagai jenis pajak yang diharapkan mampu menggerakkan kegiatan ekonomi domestik, terutama di sektor manufaktur.

Pemerintah merelaksasi pajak penghasilan (PPh) pasal 21 untuk karyawan sektor manufaktur selama enam bulan per April. Pemerintah juga merelaksasi PPh 22 impor untuk perusahaan yang harus mengimpor bahan baku barang modal.

Kementerian Keuangan juga menambah anggaran Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sebesar Rp 1 triliun untuk melakukan pencegahan dan penanganan terhadap virus corona. Sehingga anggaran Kemenkes sepanjang tahun ini mencapai Rp 58 triliun.

Stimulus ini mampu mendorong IHSG kembali ke zona hijau di akhir pekan ini. Namun, apakah ini akan membuat IHSG kembali ke posisinya di awal tahun? Tidak ada yang tahu. Hanya investor yang dapat menjawabnya, dengan mengembalikan dana mereka ke pasar.

Di sisi lain, mari kita banyak berdoa dan melakukan antisipasi untuk mencegah meluasnya penyebaran corona. Agar dunia kembali stabil, ekonomi kembali berjalan seperti biasanya, dan satu-satunya yang dikhawatirkan hanyalah perang dagang AS-China.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement