Sabtu 14 Mar 2020 16:05 WIB

Pantun Menteri Agama di Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah

Menteri Agama mengapresiasi kerja-kerja Muhammadiyah untuk umat dan bangsa.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Menteri Agama (Menag), Fachrul Razi menjadi pembicara utama di Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka pada Sabtu (14/3).(Republika/Fuji EP)
Foto: Republika/Fuji EP
Menteri Agama (Menag), Fachrul Razi menjadi pembicara utama di Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka pada Sabtu (14/3).(Republika/Fuji EP)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Agama (Menag), Fachrul Razi membacakan pantun untuk Muhammadiyah saat menjadi pembicara utama di Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah ke-48.

Seminar bertema 'Ekstremisme Sosial, Keagamaan dan Perdamaian Semesta' di selenggarakan di Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka pada Sabtu (14/3). 

Baca Juga

"Antar jenang ke desa petani, jangan lupa doa selamat di bukit duri, kami senang datang ke sini, karena Muhammadiyah membangun umat dan mengawal NKRI," kata Fachrul membacakan pantun untuk Muhammadiyah saat pidato di Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah, Sabtu (14/3).   

Menag kemudian menyampaikan, siapa yang tidak kenal dengan Muhammadiyah sebuah ormas Islam dan gerakan dakwah yang didirikan   KH Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada 1912. Muhammadiyah telah mengukir sejarah panjang dan gemilang di Nusantara. 

Organisasi Muhammadiyah telah membina dan mempersembahkan putra serta putra terbaik bangsa. Mereka berperan dalam memajukan kehidupan beragama dan berjuang mendirikan serta menjaga NKRI.

Menag mengatakan, sejumlah pahlawan nasional lahir dari Muhammadiyah. Di antaranya Bapak Tentara Nasional Indonesia (TNI) Panglima Besar Jenderal Soedirman. Beliau adalah salah satu kader kebanggaan Muhammadiyah dan semua. 

"Pemimpin dan tokoh Muhammadiyah seperti Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimedjo, dan Abdul Kahar Muzakir adalah tokoh perancang dan perumus konsensus tentang dasar negara Pancasila," ujarnya.

Menag berharap generasi muda Muhammadiyah dapat mengambil peran estafet untuk melanjutkan peran kenegarawanan generasi pendahulu. Untuk menjawab tantangan masa kini dan masa depan.

Di akhir pidatonya, Menag juga mengutip pesan KH Ahmad Dahlan dan menutupnya dengan pantun. "Kami titipkan Muhammadiyah kepadamu, kepada anggota Muhammadiyah, kepadamu warga-warga Aisyiyah, dan kepadamu seluruh umat Islam Indonesia, janganlah mencari kehidupan dalam Muhammadiyah tapi hidupkanlah Muhammadiyah," kata Menag mengutip pesan pendiri Muhammadiyah.

"Koordinasi bersama didahulukan, bawa sukun di balik baju, moderasi beragama sangat diperlukan, umat rukun Indonesia maju," ujar Menag menutup pidatonya dengan pantun.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement