Jumat 13 Mar 2020 20:49 WIB

Dewan Fatwa UEA Gandeng Mauritania Promosikan Perdamaian

Promosi perdamaian Dewan Fatwa UEA dan Mauritania lewat Forum Konsultasi.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
etua Dewan Fatwa UEA Syekh Abdullah bin Bayyah dengan Pemerintah Mauritania
Foto: Dok istimewa
etua Dewan Fatwa UEA Syekh Abdullah bin Bayyah dengan Pemerintah Mauritania

REPUBLIKA.CO.ID, NOUAKCHOTT – Dewan Fatwa Uni Emirat Arab (UEA) bekerja sama dengan pemerintah Mauritania menyelenggarakan Forum Konsultasi pertama untuk cendekiawan dan ulama di Sahel, Mauritania.

Forum yang bertajuk Promosi Perdamaian Masyarakat Muslim ini diketuai Ketua Dewan Fatwa UEA Syekh Abdullah bin Bayyah dengan pelindung Presiden Mauritania Mohamed Ould Ghazouani. Forum ini bertujuan mengajak cendekiawan dan ulama Muslim untuk mempromosikan perdamaian, toleransi, dan rekonsiliasi nasional. 

Baca Juga

Hadir dalam forum menteri, pemimpin agama dan rektor universitas Islam di negara kawasan tersebut.

"Hasil pembahasan dari Forum untuk Mempromosikan Perdamaian di Masyarakat Muslim didasarkan pada visi dan keyakinan UEA bahwa tidak ada masa depan bagi kemanusiaan kecuali melalui perdamaian dan harmoni, menambahkan bahwa koeksistensi adalah satu-satunya pilihan di suatu wilayah dan di dunia, sesuai dengan alasan, pengalaman dan kemanusiaan," jelas Abdullah bin Bayyah dilansir di wam.ae Kamis (12/3).

Sarjana dari wilayah Sahel memuji upaya UEA untuk mendukung perdamaian, toleransi dan koeksistensi di wilayah tersebut dan menyatakan dukungan mereka untuk tindakan pencegahan yang diambil oleh pemerintah daerah untuk mencegah penyebaran virus corona khususnya pemerintah Arab Saudi, berdasarkan tanggung jawab kedaulatan dan hukumnya untuk menjaga warga negara, penduduk, jamaah haji dan umrah, serta pengunjung lainnya. 

Peserta forum juga mengumumkan niat mereka untuk mengirim delegasi perdamaian ke seluruh wilayah untuk menyelamatkan kaum muda dari kenakalan dan mempromosikan rekonsiliasi yang menolak diskriminasi, kebencian, agama, etnis, dan perselisihan sektarian. 

Mereka kemudian meminta pemerintah dan otoritas yang berpartisipasi untuk menyatukan upaya mereka dengan para intelektual, cendekiawan dan ulama, serta untuk mengadopsi mekanisme yang diperlukan untuk memfasilitasi pergerakan para sarjana di benua itu, untuk melawan ekstremisme kekerasan dan perang saudara di wilayah tersebut.

Presiden Ghazouani bertemu dengan perwakilan dari delegasi yang berpartisipasi dalam forum di Istana Presiden di Nouakchott, di mana dia menyatakan dukungan penuhnya untuk upaya dan inisiatif mereka.n Ratna Ajeng Tejomukti

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement