Jumat 13 Mar 2020 19:03 WIB

Perubahan Hidup Mantan Anak Punk (2)

Sejumlah anak punk mengaji bersama di tasawuf underground.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Muhammad Hafil
Perubahan Hidup Mantan Anak Punk. Foto: Air mata tobat (ilustrasi).(Wordpress.com)
Foto: Wordpress.com
Perubahan Hidup Mantan Anak Punk. Foto: Air mata tobat (ilustrasi).(Wordpress.com)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Begitu pun dengan Septa Maulana, seorang eks street punk yang berhijrah setelah mengenal tasawuf underground. Pria berusia 29 tahun itu menceritakan awal mulanya pengajian di kolong jembatan Tebet. Sekitar empat tahun lalu, Septa mengetahui melalui jejaring media sosial ada beberapa anak punk yang dibina oleh ustaz Halim di kawasan Gaplek, Tangerang Selatan.

Septa berinisiatif menghubungi ustaz Halim agar bersedia datang ke kolong jembatan Tebet. Meski demikian pada awalnya, komunitas anak punk di kolong jembatan Tebet tak begitu saja menerima kehadiran ustaz Halim. Namun setelah beberapa kali pertemuan, anak-anak punk itu pun sepakat untuk membuat pengajian di kolong jembatan Tebet.

Baca Juga

"Jadi karena saya pun sudah jenuh ya di jalanan, saya kirim foto saya dan anak-anak. Akhirnya ustaz datang, awalnya cuma nongkrong-nongkrong saja sekitar tujuh orang. Lama-lama banyak yang ikut," katanya.

Banyak perubahan yang dialami Septa setelah memutuskan berhijrah dari dunia street punk. Menurutnya yang utama kini dirinya lebih mampu menguasai diri sehingga tidak cepat emosi. Lebih dari itu, Septa dan teman-temannya yang mengikuti tasawuf underground mampu meninggalkan berbagai hal yang diharamkan oleh agama seperti minuman keras serta narkoba. Septa merasa bersyukur dengan perubahan hidupnya saat ini. Ia merasakan ketenangan batin setelah bertaubat. Bahkan kini Septa sangat antusias untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Ia mulai mempelajari berbagai hal tentang Ramadhan termasuk menambah hafalan doa, surat-surat pendek, serta dzikir.

 

"Kalau dulu mungkin ada Ramadhan atau engga biasa saja, tapi sekarang engga tahu kenapa banyak hal yang ngangenin kalau Ramadhan, jadi enak saja gitu kalau sahur atau buka bareng sama anak-anak," katanya.

Menurut pembina tasawuf underground, ustaz Halim Ambiya sejauh ini telah ada 120 anak binaan tasawuf underground di seluruh Jabotabek. Sementara untuk di kolong jembatan Tebet ada sebanyak 40 anak. Menurut ustaz Halim selain mengajarkan mengaji, eks anak punk juga dilatih agar mampu mandiri dalam ekonomi seperti dengan pelatihan sablon, desain grafis, bisnis online, barbershop, barista dan lainnya.

"Tantangan terberat adalah mengubah mental mereka, mengajak mereka mandiri dan menemukan tujuan hidupnya yang hakiki. Bagaimana pun jalanan telah mencerabut mereka dari tradisi dan kasih sayang keluarga, pengaruh kerasnya jalanan dan dunia Narkoba, psikotropika serta zat adiktif lainnya," kata ustaz Halim.

Sementara itu untuk menambah semangat dalam mempelajari Islam, menurut ustaz Halim pada bulan Rajab ini tasawuf underground selai melakukan kegiatan pengajian rutin setiap Jumat dan Sabtu di kolong jembatan Tebet juga mengadakan Manaqib dan Dzikir Khatam, Ziarah Kubur, Puasa, serta Muhasabah dan Shalat malam berjamaah. Selain itu tasawuf underground juga membuka program hapus tato gratis bagi mereka yang ingin membuang masa lalunya yang kelam, yang tergambar di tubuhnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement