Jumat 13 Mar 2020 14:47 WIB

Masjid Baitul Mamuur Terapkan Konsep Ramah Lingkungan

Bekas air wudhu dan sampah di Masjid Baitul Mamuur diolah untuk dimanfaatkan kembali.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Masjid Baitul Ma’muur di Perumahan Telaga Sakinah, Desa Telaga Murni, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi yang meraih sertifikat masjid ramah lingkungan.(Dok Istimewa )
Foto: Dok Istimewa
Masjid Baitul Ma’muur di Perumahan Telaga Sakinah, Desa Telaga Murni, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi yang meraih sertifikat masjid ramah lingkungan.(Dok Istimewa )

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masjid Baitul Ma’muur di Perumahan Telaga Sakinah, Desa Telaga Murni, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi menerapkan konsep masjid ramah lingkungan dan ramah warga. Masjid ini mendapat sertifikat masjid ramah lingkungan atau eco-masjid dari Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup (PLH) dan Sumber Daya Alam (SDA) Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Ketua DKM Baitul Ma'muur Perumahan Telaga Sakinah, Ustaz Muhammad Suhapli menjelaskan tentang apa saya yang dilakukan pengurus dan jamaah masjid untuk menerapkan konsep masjid ramah lingkungan dan ramah warga. Pertama, melakukan penghematan air wudhu dengan memasang keran yang lebih sedikit mengeluarkan air. Selanjutnya, bekas air wudhu ditampung agar tidak terbuang percuma ke selokan.

Baca Juga

"Dari penampungan air bekas air wudhu digunakan untuk menyiram tanaman, memelihara ikan lele, kalau tangki air penampungan sudah penuh kita alirkan ke sumur serapan di sekitar masjid," kata Ustaz Suhapli kepada Republika.co.id, Jumat (13/3).

photo
Masjid Baitul Mamuur Terapkan Konsep Ramah Lingkungan. - (dok. Istimewa)

Ia mengatakan, kedua, pengolahan sampah di masjid dibuat lebih ramah lingkungan. Kegiatan di masjid yang melibatkan orang banyak kerap menyediakan banyak makanan. Sampah organik bekas kegiatan dibuat menjadi kompos untuk penghijauan di lingkungan sekitar masjid.

Sementara, sampah-sampah non-organik seperti sampah botol plastik dikumpulkan di keranjang sedekah sampah plastik. Setelah penuh disumbangkan ke bank sampah atau pengepul sampah.

Ketiga, masjid mengurangi penggunaan kertas. Pengumuman, laporan keuangan, informasi kegiatan dan lainnya ditampilkan pada majalah dinding digital.

"Jadi hampir tidak ada penggunaan kertas di masjid ini, karena sudah beralih ke majalah dinding digital menggunakan layar lebar 55 inch supaya semua warga bisa baca," ujarnya.

Selain itu, lampu-lampu masjid diganti dengan lampu yang lebih hemat energi. Kemudian ada program pengurangan sampah. Misalnya ada acara di masjid, panitia tidak menyediakan makanan yang dibungkus boks dan sejenisnya. Tapi menyediakan prasmanan dan untuk minumnya mengunakan gelas kaca dan air galon.

Ustaz Suhapli menyampaikan Masjid Baitul Ma'muur sudah dua tahun yang lalu menerapkan konsep masjid ramah lingkungan dan ramah warga. Tapi mengenal eco-masjid dari PLH SDA MUI baru empat bulan yang lalu.

Setelah dua tahun menerapkan konsep ramah lingkungan dan ramah warga, masjid semakin rapi dan hijau. Suasana nyaman ini membuat jamaah yang hadir ke masjid bertambah banyak. Menurut Ustaz Suhapli, dalam waktu sehari semalam biasanya masjid dikunjungi 1.500 orang.

Ia menambahkan, selain ramah lingkungan, Masjid Baitul Ma'muur juga ramah warga. Untuk itu pengurus masjid menyediakan ATM beras.

"ATM beras kita sediakan dalam rangka peduli pada masyarakat sekitar, kita keluarkan 100 kartu ATM untuk kaum dhuafa di sekitar masjid, kegiatan sosial lainnya ada donor darah dan lain sebagainya," ujarnya.

Belum lama ini PLH SDA MUI dan DKM Baitul Ma’muur, Perumahan Telaga Sakinah menggelar seminar Eco-Masjid bertema 'Masjid Ramah Lingkungan Ramah Warga'. Seminar ini diikuti sebanyak 150 peserta yang terdiri dari utusan DKM dan penggiat lingkungan se-Kabupaten Bekasi serta individu yang punya kepedulian terhadap lingkungan hidup. Ada pula peserta seminar dari Bandung dan Jakarta Utara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement