Jumat 13 Mar 2020 08:02 WIB

BKPM: Virus Corona Ingatkan Pentingnya Investasi Langsung

BI mencatat aliran modal asing yang keluar dari Indonesia Rp 40,16 Triliun

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Hiru Muhammad
Presiden Joko Widodo (keempat kiri) bersama Kepala BKPM Bahlil Lahadalia (ketiga kiri), Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (ketiga kanan), Menteri Keuangan Sri Mulyani (kedua kiri), Mendagri Tito Karnavian (kanan), Jaksa Agung ST Burhanuddin (keempat kanan), Kapolri Jenderal Pol Idham Aziz (kedua kanan) dan Seskab Pramono Anung (kiri) menekan tombol saat membuka Rakornas Investasi 2020 di Jakarta, Kamis (20/2/2020).(Antara/Hafidz Mubarak A)
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Presiden Joko Widodo (keempat kiri) bersama Kepala BKPM Bahlil Lahadalia (ketiga kiri), Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (ketiga kanan), Menteri Keuangan Sri Mulyani (kedua kiri), Mendagri Tito Karnavian (kanan), Jaksa Agung ST Burhanuddin (keempat kanan), Kapolri Jenderal Pol Idham Aziz (kedua kanan) dan Seskab Pramono Anung (kiri) menekan tombol saat membuka Rakornas Investasi 2020 di Jakarta, Kamis (20/2/2020).(Antara/Hafidz Mubarak A)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menilai, penyebaran virus Corona memberikan berbagai pelajaran. Di antaranya mengingatkan pentingnya investasi langsung atau Foreign Direct Investment (FDI). 

“Sebab dengan FDI, ketika ada sentimen negatif semacam Corona, dana asing yang masuk ke Indonesia lebih bersifat jangka panjang. Tidak mudah terjadi arus modal keluar atau capital outflow ketika FDI kuat,” ujar Anggota Komite Investasi Bidang Komunikasi dan Informasi BKPM, Rizal Calvary Marimbo melalui siaran pers pada Kamis, (12/3).

Lebih lanjut dana asing tersebut sudah terbelanjakan menjadi berbagai aset yang tidak bisa dipindahkan atau tidak mungkin diboyong ke luar negeri secepatnya. “Misalnya lahan, pabrik, bangunan, infrastruktur, mesin-mesin, dan sebagainya,” kata Rizal.

Tidak seperti instrumen investasi lainnya,  FDI tidak terlalu cepat terpengaruh ketika ada Corona. Alasannya, dari FDI terdapat beberapa aset yang masuk ke dalam negeri.

 

"Ada modal, orang (tenaga kerja), teknologi, keahlian, dan barang. Ketika capital (modal) masuk dia belanjakan, maka dapat menggerakkan ekonomi. Dia konversi modal menjadi barang atau aset yang tak mudah likuid, karena tidak mudah likuid, maka tidak mudah juga dikirim balik ke negara asalnya atau tak mudah dipindah-pindahkan ke instrumen investasi lain,” kata Rizal.

Berbeda dengan FDI, ketika Corona merebak, seluruh bursa saham Asia, termasuk indeks future di Wall Stree dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), langsung terkoreksi mendalam. Hal serupa terjadi dengan instrumen lainnya. 

Bank Indonesia mencatat aliran modal asing yang keluar akibat Corona alias nett outflow dari Indonesia sejak Januari hingga Rabu lalu, (11/3), mencapai Rp 40,16 triliun.  Derasnya outflow terjadi terutama pada Februari dan Maret. 

Pada Februari saja, terjadi outflow sebesar Rp 28,9 triliun dari Surat Berharga Negara (SBN). Kemudian aliran modal asing telah keluar sebesar Rp 18 triliun dari SBN pada Maret. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement