Jumat 13 Mar 2020 01:56 WIB

UE Kritik Keputusan Pembatasan Perjalanan AS

UE kecam keputusan Donald Trumo yang batasi perjalanan dari Eropa

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Bendera Uni Eropa.(EPA/Patrick Seeger)
Foto: EPA/Patrick Seeger
Bendera Uni Eropa.(EPA/Patrick Seeger)

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Uni Eropa (UE) mengecam keputusan sepihak Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang membatasi perjalanan dari Eropa ke AS karena penyebaran virus corona, Kamis (12/3). Penyebaran virus dinilai tidak berhubungan dengan wilayah tertentu, termasuk Eropa.

"Uni Eropa tidak menyetujui fakta bahwa keputusan AS untuk memberlakukan larangan perjalanan diambil secara sepihak dan tanpa konsultasi. Virus corona adalah krisis global, tidak terbatas pada benua mana pun dan membutuhkan kerja sama daripada tindakan sepihak," ujar Presiden Dewan Uni Eropa Charles Michel dan Presiden Komisi Ursula von der Leyen dalam sebuah pernyataan bersama.

Baca Juga

Trump mengumumkan bahwa semua perjalanan Eropa akan dihentikan. Namun, klarifikasi selanjutnya menyatakan pembatasan hanya akan berlaku untuk sebagian besar warga negara asing yang telah berada di zona perjalanan bebas paspor Eropa di mana pun selama 14 hari sebelum kedatangan ke AS.

Klarifikasi itu merujuk pada Schengen terdiri dari 26 negara, termasuk anggota UE Perancis, Italia, Jerman, Yunani, Austria dan Belgia. Namun, AS tidak melakukan pembatasan terhadap Inggris dan Irlandia.

Atas sikap AS, UE menolak anggapan kalau Eropa tidak cukup berbuat banyak untuk memerangi COVID-19. Mereka menegaskan 27 negara telah mengambil tindakan keras untuk membatasi penyebaran virus.

Dengan virus yang sekarang hadir di 27 negara UE, para pejabat tinggi blok itu berjanji untuk bersatu dalam memerangi penyakit ini. Mereka kemungkinan akan mengadopsi pendekatan umum dalam tanggapan terhadap pengumuman Trump.

Menurut angka terbaru Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa, lebih dari 17 ribu kasus COVID-19 telah dikonfirmasi di seluruh Eropa. Sedangkan lebih dari 700 orang telah meninggal di benua itu.

Bagi kebanyakan orang, virus itu hanya menyebabkan gejala ringan atau sedang seperti demam dan batuk. Namun, bagi sebagian orang terutama lansia dan orang-orang dengan masalah kesehatan yang menyertai, virus dapat menyebabkan penyakit lebih parah termasuk pneumonia hingga kematian.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement