Kamis 12 Mar 2020 19:14 WIB

Melihat Demokrasi Madinah (2)

Praktik komunitas awal Islam bercorak demokratis.

Rep: Harun Husein/ Red: Muhammad Hafil
Melihat Demokrasi Madinah. Foto: Masjid Nabawi di Kota Madinah al-Munawarah
Foto: Republika/Syahruddin El-Fikri
Melihat Demokrasi Madinah. Foto: Masjid Nabawi di Kota Madinah al-Munawarah

REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Luasnya keterlibatan rakyat dalam memilih khalifah dan berbagai urusan lainnya, menurut Bellah, memperlihatkan bahwa syura merupakan proses demokrasi partisipatif pertama di muka bumi. Sekadar informasi, menurut sejumlah pemikir politik, partisipasi merupakan inti demokrasi.

Bandingkan cara pemilihan pemimpin di era awal Islam ini dengan pemilihan pemimpin di Yunani, yang konon meru pakan tempat kelahiran demokrasi. Di Yunani, yang mempunyai hak pilih ada lah sekelompok orang. Budak, perem puan, sama sekali tidak memiliki hak pilih. Ini adalah demokrasi sekelompok orang, yang bersifat diskriminatif.

Baca Juga

Plato, yang menyampaikan gagasan demokrasi, bahkan membagi manusia menjadi tiga: manusia emas, manusia perak, dan manusia perunggu. Sementa ra, di era awal Islam, tidak ada diskriminasi untuk memilih. Sepanjang mereka golongan umat, maka mereka berhak memilih pemimpin.

Bahkan, perempuan pun sudah mem punyai hak membai’at pemimpin politik, seperti yang terjadi pada Bai’at Aqabah II, yang melibatkan dua orang perempuan dari Yastrib (Madinah). Padahal, hak pilih perempuan di negara kampiun demokrasi seperti Amerika, baru diberikan pada tahun 1920, setelah disahkannya amandemen ke-19 negara itu.

Bellah melanjutkan, struktur politik yang gambarannya telah ada pada masa Nabi Muhammad itu kemudian di-extend oleh para khalifah awal, untuk menyediakan prinsip-prinsip pengorganisasian sebuah imperium dunia. Sebuah hasil yang dalam masa dan tempatnya, kata Bellah, adalah luar biasa modern.

“Dia modern dalam ketinggian komitmen, keterlibatan, dan partisipasi yang diharapkan dari berbagai lapisan masya rakat. Dia modern dan keterbu kaan posisi kepemimpinan, yang berada pada ranah universal, yang disimbolkan dengan institusionalisasi kepemimpinan yang tidak berdasarkan garis keturunan. Itu adalah model terbaik dari sebuah komunitas modern. Karena itu, usaha Muslim di era modern untuk menjadikan komunitas awal ini sebagai rujukan bukanlah meru pakan fabrikasi ideologi yang ahistoris.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement