Kamis 12 Mar 2020 16:26 WIB

Moeldoko: Keterbatasan Lahan Tantangan Terbesar Pertanian

Secara makro sektor pertanian adalah penyumbang GDP terbesar di kawasan Asia

Rep: Rizkyan adiyudha/ Red: Budi Raharjo
Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Moeldoko (kedua kiri).
Foto: HKTI
Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Moeldoko (kedua kiri).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Moeldoko, mengatakan salah satu tantangan besar pertanian saat ini adalah ketersediaan lahan. Dia mengatakan, secara makro sektor pertanian adalah penyumbang GDP terbesar di kawasan Asia dan menjadi bagian strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan Asia.

"Namun, seiring dengan perkembangan industri dan perubahan iklim, lahan pertanian di kawasan Asia terus menyusut," kata Moeldoko saat menghadiri Musyawarah Nasional IX HKTI di JCC Senayan, Jakarta pada Kamis (12/3).

Moeldoko yang mengutip data Badan Statistik Nasiobal (BPS) menyebutkan bahwa di Indonesia penyusutan lahan terjadi secara signifikan setiap tahun. Kepala Staff Presiden itu mengatakan, hampir 120 ribu hektar lahan berubah fungsi setiap tahunnya.

Moeldoko mengatakan, selain penyusutan lahan, Indonesia juga memiliki lima persoalan pertanian lainnya. Pertama adalah pemilikan lahan petani yang rata-rata hanya 0,2 hektar dan kondisi tanah yang sudah rusak. Kedua, aspek permodalan. Ketiga, lemahnya manajemen petani. Keempat, minimnya penguasaan teknologi dan inovasi. Dan, kelima adalah penanganan pascapanen.

Sementara, Rural Development and Food Security Forum 2019 yang digelar Asian Development Bank (ADB) di Manila, Filipina, Oktober 2019, mengungkapkan lahan pertanian menyusut hingga 44 persen. Moeldoko mengatakan, kondisi ini mengancam produksi pangan Asia.

Padahal, sambung dia, ADB menyebut sebanyak 822 juta orang di muka bumi masih berada dalam kondisi tidak aman pangan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 517 juta orang atau 62,89 persen berada di kawasan Asia dan Pasifik. Oleh karena itu ADB telah menetapkan pertanian dan ketahanan pangan menjadi salah satu dari tujuh prioritas operasionalnya hingga 2030 seiring dengan 17 tujuan SDGs (Sustainable Development Goals).

Disaat yang bersamaan, dia meminta adanya peningkatan produksi pangan dan pertanian nasional. Menurutnya, produktivitas pertanian nasional penting ditingkatkan untuk menjaga ketahanan dan kemandirian pangan.

"Sehingga kita memiliki kedaulatan pangan yang kuat dan tidak perlu lagi mengimpor bahkan sebaliknya mampu menjadi pengekspor guna menambah devisa negara dari hasil produk pertanian," katanya.

Sementara, pelaksanaan musyawarah nasional IX HKTI kembali memilih Moeldoko sebagai Ketua Umum dan Oesman Sapta Odang sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Organisasi. Keduanya kembali terpilih secara aklamasi dalam rapat komisi yang digelar HKTI di JCC Senayan.

Muyawarah Nasional itu rencnanaya juga akan membahas program kerja HKTI lima tahun ke depan dan. Musyawarah diikuti oleh sekitar 900 oang peserta dari pengurus HKTI dari 34 provinsi di Indonesia dan kabupaten/kota di Nusantara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement