Kamis 12 Mar 2020 16:22 WIB

DBD Bisa Terulang Pada Bekas Penderita, Ini Alasannya

DBD bisa terulang karena ada empat serotype virus dengue

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/Sapto Andika Candra/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Dokter memeriksa seorang balita yang terserang demam berdarah dengue (DBD) di RSUD TC Hillers Maumere, Kabupaten Sikka, NTT, Selasa (10/03/20).(Antara/Kornelis Kaha).
Foto: Antara/Kornelis Kaha
Dokter memeriksa seorang balita yang terserang demam berdarah dengue (DBD) di RSUD TC Hillers Maumere, Kabupaten Sikka, NTT, Selasa (10/03/20).(Antara/Kornelis Kaha).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski pernah mengalami penyakit demam berdarah dengue (DBD), kasus tersebut bisa terulang terjadi pada mantan penderitanya. Sebab, ada empat serotype virus dengue.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menjelaskan, sebenarnya orang yang pernah terkena DBD yaitu gigitan nyamuk Aedes Aegypti pembawa virus dengue maka antibodi di tubuhnya sudah terbentuk.

Baca Juga

"Sebab virus itu memberikan proteksi juga ke tubuh penderita makanya terbentuk antibodi, tetapi kalau terkena serotype (virus dengue) lain maka bisa mengalami DBD lagi. Jadi DBD bisa berulang karena ada empat serotype virus dengue yaitu, satu, dua, tiga, dan empat," ujarnya saat konferensi pers update DBD, di Kemenkes, di Jakarta, Rabu (11/3) sore.

Jadi, dia menambahkan, kalau hari ini mantan penderita DBD sudah terkena sterotype satu, ada kemungkinan tiga pekan lagi terinfeksi serotype virus dengue yang lain. Ia menambahkan, orang ini makin mudah terserang jika daya tahan tubuhnya jelek.

"Jadi semua tergantung imunitas juga," katanya.

Terkait vaksin DBD yang disebut bisa menjadi pencegah penyakit ini, Nadia mengaku Kemenkes belum menggunakannya. "Efektivitas vaksin itu masih jadi tanda tanya meski dikatakan bisa melindungi," ujarnya.

Apalagi, ia menyebutkan vaksin ini tidak berlaku untuk semua jenis serotype virus.  Karena itu, ia mengakui vaksin ini belum direkomendasikan untuk digunakan.

Juru Bicara Presiden Bidang Sosial Angkie Yudistia mengungkapkan, kasus demam berdarah sepanjang 2020 merupakan kejadian yang sampai saat ini terus ditangani oleh pemerintah melalui Kementerian Kesehatan. Pemerintah pusat, ujarnya, terus berkoordinasi dengan dinas kesehatan di daerah untuk mengerahkan sumber daya yang ada.

"Kasus demam berdarah mulai muncul sejak beberapa wilayah di Indonesia mengalami kebanjiran saat curah hujan tinggi. Situasi ini berlangsung sejak awal tahun 2020," kata Angkie, Kamis (12/3).

Angkie pun mengutip data yang disajikan Kemenkes bahwa saat ini ada 17.820 kasus demam berdarah di seluruh Indonesia, dengan angka kematian mencapai 104 orang. Angka itu jauh lebih tinggi dibanding kasus yang terkonfirmasi positif corona (Covid-19) di Indonesia.

"Selain serius dalam pencegahan mewabahnya Covid-19 yang merupakan bencana kesehatan global serta mendapat status gawat darurat dari Badan Kesehatan Dunia WHO, Pemerintah Indonesia juga memprioritaskan penanganan demam berdarah DBD," kata Angkie.

Angkie menambahkan, daerah yang masih berstatus kejadian luar biasa (KLB) DBD adalah Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Pemerintah, ujarnya, terus memantau perkembangan terkait penanganan demam berdarah yang saat ini dijalankan oleh dinas kesehatan di setiap daerah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement