Kamis 12 Mar 2020 14:40 WIB

Arab Saudi Larang Penerbangan dari Uni Eropa

Saudi umumkan 24 kasus baru corona dalam semalam.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Bandara Internasional King Abdulaziz baru di Jeddah, Arab Saudi.(Arabian Business)
Foto: Arabian Business
Bandara Internasional King Abdulaziz baru di Jeddah, Arab Saudi.(Arabian Business)

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Arab Saudi telah memperpanjang larangan terbang dan bepergian dengan memasukkan negara-negara Uni Eropa dan 12 negara lain, Kamis (12/3). Ketetapan itu diambil setelah kerajaan ini mengumumkan 24 kasus baru virus corona dalam semalam sehingga total menjadi 45 kasus.

Selain negara-negara anggota Uni Eropa, 12 negara lain yang mendapatkan larangan adalah Swiss, India, Pakistan, Sri Lanka, Filipina, Sudan, Ethiopia, Sudan Selatan, Eritrea, Kenya, Djibouti, dan Somalia. Warga dan penduduk di yurisdiksi itu memiliki 72 jam untuk kembali ke Saudi sebelum dilarang masuk nantinya.

Baca Juga

Kantor berita pemerintah SPA, mengutip sumber resmi di Kementerian Dalam Negeri menjelaskan, lalu lintas penumpang melalui semua penyeberangan darat dengan Yordania juga ditangguhkan. Sementara, lalu lintas komersial dan kargo masih diperbolehkan.

Keputusan itu memberi pengecualian kepada pekerja kesehatan dari Filipina dan India. Beberapa orang yang terlibat dalam tindakan evakuasi, pengiriman, dan perjalanan perdagangan yang melibatkan tindakan pencegahan juga tidak terkena pelarangan tersebut.

Kerajaan telah melarang perjalanan ke 19 negara, termasuk negara-negara tetangga Arab. Padahal, jutaan pekerja migran di Arab Saudi berasal dari banyak negara tersebut.

Untuk menahan penyebaran lebih luas, Saudi akan memberlakukan denda hingga 500 ribu riyal pada orang-orang yang tidak mengungkapkan informasi kesehatan dan rincian perjalanan di titik masuk ke negara tersebut. Pemerintah pun telah menutup wilayah penghasil minyak Qatif, menunda kedatangan jamaah umrah, menutup sekolah dan bioskop di seluruh negeri, membatalkan konferensi dan acara olahraga, serta menunda pertemuan menteri G20 yang dijadwalkan pekan depan. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement