Kamis 12 Mar 2020 12:32 WIB

Pasien DBD di Tangsel Meningkat

Meski sudah ada pasien yang pulang, namun lonjakan pasien DBD baru tetap tinggi

Rep: abdurrahman rabbani/ Red: Hiru Muhammad
Seorang ibu menjaga anaknya yang terserang Demam Berdarah Dengue (DBD) yang dirawat di Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tanggerang Selatan, Banten, Selasa (29/1).(Republika/Prayogi)
Foto: Republika/Prayogi
Seorang ibu menjaga anaknya yang terserang Demam Berdarah Dengue (DBD) yang dirawat di Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tanggerang Selatan, Banten, Selasa (29/1).(Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN — Sejak Januari 2020 lalu hingga hari ini, tercatat total sudah ada 87 pasien positif Demam Berdarah Dengue (DBD) yang dirawat di Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan (Tangsel).

Jumlah 87 pasien itu tercatat hanya mereka yang datang berobat langsung ke RSU, ataupun rujukan dari Puskesmas asal. Artinya, belum termasuk pasien DBD yang menjalani rawat inap pada Puskesmas lain di Tangsel.

Meski sebagian dinyatakan telah sembuh dan diperbolehkan pulang, namun lonjakan pasien DBD yang datang ke RSU tetap tinggi. Disebutkan, tahun ini kondisinya lebih tinggi dibanding periode yang sama pada tahun 2019 lalu.

Wakil Wali Kota Benyamin Davnie, menerangkan, ada peningkatan penderita DBD pada tahun ini. Hal itu salah satunya disebabkan cuaca musim penghujan yang masih terjadi dibanyak wilayah.

"Iya (meningkat), kondisi lingkungan. Ini yang sekali lagi saya sampaikan kepada masyarakat pasca banjir lalu, kita harus mewaspadai penyakit yang ditimbulkan  binatang termasuk nyamuk. Antara lain adalah DBD," katanya, Kamis (12/3).

Dari 87 pasien itu, sebagian berasal dari Kecamatan Pamulang dan Kecamatan Ciputat. Pada bulan Januari pasien DBD dari Ciputat berjumlah 11 orang. Kemudian dari Pamulang ditemukan tujuh pasien, dan Kecamatan lain dengan total ada enam pasien.

Berikutnya pada Bulan Februari, pasien dari wilayah Pamulang 17 jiwa, Ciputat sembilan orang. Lalu pada Bulan maret ini, pasien dari Pamulang bertambah lima orang, dari Kecamatan Serpong ada empat pasien.

"Dari Pamulang paling banyak. Ini yang dirawat di RSU saja. Di Puskesmas sifatnya dirujuk langsung ke RSU Tangsel," ungkapnya.

Menurutnya penderita DBD di Tangsel angkanya sedikit naik. Namun jumlah penderita DBD di bulan Januari tidak hanya dari Tangsel, tetapi ada juga dari Suradita di kabupaten Tangerang, Gunung Sindur, dan ada juga dari Kebayoran Lama.

“Untuk yang meninggal, ada dua orang, itu bukan karena DBD tapi penyakit penyertanya. Yang meninggal satu anak anak dan satu dewasa, semuanya dari Tangsel. Memang mereka DBD tapi ada penyakit lain yang menyertai,” jelas Benyamin.

Para penderita DBD yang dirawat di RSU Tangsel, sudah ditangani terlebih dahulu di puskesmas. Karena mekanisme tindakan pertama itu di puskesmas kemudian dirujuk ke RSU Tangsel. “Jadi Alhamdulillah nya yang dirawat di RSU sudah ditangani lebih dulu di tingkat puskesmas. Itu yang penting buat kita,” katanya.

Di samping itu, dirinya mengintruksikan kepada para camat dan lurah untuk melakukan kebersihan lingkungan termasuk jumantik (juru pemantau jentik) untuk diaktifkan kembali di masyarakat. Karena hal itu merupakan kunci dari kebersihan lingkungan. “Kalau udah kayak gini kan penyakitnya nular dari yang sakit gigit pindah ke yang lain. Gigit lagi terus kayak gitu,” kata Benyamin.

Hingga saat ini pemerintah Kota Tangsel terus mengkampanyekan kebersihan lingkungan dan jumantik. Sebab yang paling penting dalam membasmi nyamuk adalah hidup bersih dan sehat.

“Fogging itu kita lakukan, tapi hanya sebatas untuk mengusir nyamuk dewasanya saja yang paling penting jentik nyamuknya yang ada di air bersih. Makanya kebersihan lingkungan dan jumantik, kemudian cuci tangan yang benar itu sedang kami kampanyekan,” ungkapnya.

Lebih lanjut, dirinya memastikan belum akan menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) di Kota Tangsel. “Untuk saat Ini belum masuk kategori KLB, itu masih jauh,” kata Benyamin.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement