Kamis 12 Mar 2020 08:05 WIB

Jangan Cuma Corona, Pemerintah Perlu Waspadai Juga DBD

Kasus kematian akibat DBD saat ini meningkat pesat dengan kasus terbanyak di NTT.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Andi Nur Aminah
Dokter memeriksa perkembangan kesehatan seorang pasien terserang demam berdarah dengue (DBD) yang dirawat di bangsal anak RSUD TC Hillers Maumere, Kabupaten Sikka, NTT, Rabu (11/3/2020).(Antara/Kornelis Kaha)
Foto: Antara/Kornelis Kaha
Dokter memeriksa perkembangan kesehatan seorang pasien terserang demam berdarah dengue (DBD) yang dirawat di bangsal anak RSUD TC Hillers Maumere, Kabupaten Sikka, NTT, Rabu (11/3/2020).(Antara/Kornelis Kaha)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi IX, Nabil Haroen, menyoroti meningkatnya kasus kematian akibat demam berdarah dengue (DBD). Nabil mengimbau agar pemerintah tidak hanya fokus pada pencegahan penyebaran virus corona, tetapi juga perlu mewaspadai demam berdarah.

"Jangan sampai sibuk mengurus Covid-19, tapi melupakan bahaya nyata tren meningkatnya kasus DBD," kata Nabil dalam keterangan tertulisnya, Rabu (11/3).

Baca Juga

Berdasarkan data yang ia peroleh, dari lebih 16 ribu kasus pada Januari hingga Maret 2020 ini, jumlah korban meninggal akibat DBD mencapai sekitar 100 pasien. Kasus tertinggi terjadi di Kabupaten Sikka, NTT. "Di antara penyebabnya selain kurangnya program berkelanjutan juga minimnya prasarana obat-obatan untuk menangani pasien," ujarnya.

Ia meminta kepada masyarakat untuk tidak panik. Dalam menghadapi berbagai macam penyakit, masyarakat hanya perlu melakukan persiapan yang baik dengan mengurangi aktivitas pertemuan fisik dengan banyak orang serta meningkatkan ketahanan fisik.

"Mari kita belajar dari kasus-kasus yang terjadi di Italia, dan jangan pernah meremehkan coronavirus (Covid-19) sebagai flu biasa. Kita juga harus waspada dengan penyebaran DBD," tuturnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement