Kamis 12 Mar 2020 06:03 WIB

Harga Minyak Anjlok, Investor Migas Kecangkan Ikat Pinggang

Dampak dari anjloknya harga minyak dunia pada tahun 2015 masih terasa sampai sekarang

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Gita Amanda
Ilustrasi Kilang Minyak(dok. Republika)
Foto: dok. Republika
Ilustrasi Kilang Minyak(dok. Republika)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anjloknya harga minyak ke angka 35,79 dolar AS per barel pada Selasa (10/3), kemarin memaksa investor hulu migas mengencangkan ikat pinggang. Meski memang anjloknya harga minyak bukan dirasakan perusahaan migas baru baru ini, namun sejak 2015 silam.

Direktur Eksekutif Indonesia Petroleum Association (IPA), Marjolijn Wajong menjelaskan dampak dari anjloknya harga minyak dunia pada tahun 2015 masih terasa sampai sekarang dan industri migas Indonesia belum pulih seutuhnya. Dengan adanya kondisi harga minyak kembali rendah, maka industri akan semakin terpukul.
 
IPA kata dia akan menggelar pertemuan dengan pemerintah untuk segera membahas penurunan harga minyak dunia serta langkah apa yang bisa disepakati serta usulan-usulan insentif kepada pemerintah. "Itu akan kita bicarakan dengan pemerintah," kata Marjolijn di Gedung SKK Migas, Rabu (11/3).
 
Sambil menunggu saat ini perusahaan yang beroperasi di Indonesia kata Marjolijn akan semakin mengetatkan ikat pinggang guna meningkatkan efisiensi. Dia juga menegaskan pemilihan pembiayan pekerjaan akan sangat selektif.
 
"Kita sekarang ini berhati-hati sambil lihat, kita nggak tahu berapa lama (harga minyak rendah), jadi kita hati-hati pengeluaran mana yang benar-benar, tapi yang udah komitmen tetap kita lakukan tapi berhati-hati, kita lagi kerja sama mau diapain nih, sama pemerintah," jelas Marjolijn.
 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement