Kamis 12 Mar 2020 02:33 WIB

Dampak Corona, Adidas Kehilangan 1,1 Miliar Dolar AS

Hampir sepertiga pendapatan Adidas berasal dari pasar Asia seperti China

Rep: Adinda Pryanka / Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Adidas(EPA)
Foto: EPA
Adidas(EPA)

REPUBLIKA.CO.ID,  BERLIN – Produsen pakaian olahraga asal Jerman, Adidas dan Puma, memproyeksikan penurunan penjualan dalam skala besar di Cina akibat virus corona. Meski kegiatan konsumsi dan industri menunjukkan tanda-tanda pemulihan di Cina, dampak penyebaran sudah terlalu menyebar ke pasar lain.

Dilansir di Reuters, Rabu (11/3), saham Adidas dan Puma sudah terpukul selama beberapa pekan terakhir. Masing-masing turun enam persen dan 4,4 persen pada 09.51 GMT. Sementara itu, saham Nike yang sudah memperingatkan dampak virus pada bulan lalu, juga turun tiga persen.

Asia, terutama Cina, memiliki peranan besar bagi Adidas dan Puma. Hampir sepertiga dari penjualan mereka berada di Asia yang telah menjadi pasar pertumbuhan utama untuk konsumsi barang-barang olahraga dalam beberapa tahun terakhir dan pendorong keuntungan. Wilayah Asia juga merupakan pusat hub, dengan Cina sebagai produsen utama untuk kedua perusahaan.

Adidas mengatakan, pihaknya memprediksi penjualan kuartal pertama turun hingga 1 miliar euro (1,1 miliar dolar AS) di Cina dan laba operasi turun 400 juta hingga 500 juta euro. Secara global, penurunan penjualan Adidas mencapai 10 persen, termasuk Cina. 

Pada bulan lalu, Adidas mencatat, bisnisnya di Cina sudah turun sekitar 85 persen secara year on year pada Tahun Baru Imlek. "Dampak virus corona lebih buruk dibandingkan yang ditakutkan," tulis analis Jefferies, James Grzinic, dalam sebuah catatan untuk Adidas.

Potensi kehilangan industri ini semakin dalam mengingat adanya potensi penundaan hingga pembatalan berbagai acara olahraga di seluruh dunia. Tidak terkecuali Olimipiade di Jepang dan kejuaraan sepak bola Euro 2020 yang masih dipertanyakan keberlangsungannya.

Olimpiade biasanya tidak menjadi kontributor utama penjualan industri barang olahraga. Tapi, Euro 2020 semula diharapkan mampu mendongkrak penjualan kaus dan bola replika.

Chief Executive Adidas, Kasper Rorsted, mengatakan, apabila dua event tersebut ditunda, Adidas dapat kehilangan penjualan 70 juta euro. Tapi, ia tetap optimistis prospek industri barang olahraga dalam jangka panjang. Ia menegaskan, tidak memiliki rencana mengurangi pekerja untuk menjaga arus keuangan perusahaan.

Di Cina, Adidas membatalkan semua pengiriman ke mitra grosir sejak Februari. Mereka  berencana menjual kelebihan stok melalui platform sendiri di sisa tahun 2020. Hanya saja, Rorsted tidak berharap banyak hasil penjualan tersebut mampu menutupi kerugian perusahaan.

Kondisi tidak jauh berbeda dialami Puma. Perusahaan yang sudah berdiri 72 tahun ini tidak lagi berekspektasi adanya pemulihan bisnis dalam waktu dekat, meskipun ada tanda-tanda perbaikan dari Cina.

Puma bahkan menanggalkan proyeksinya di tahun 2020 yang disampaikan pada 19 Februari lalu. Saat itu, mereka mengasumsikan krisis virus corona hanya akan berumur pendek.

“Melihat situasi di Cina, dampak negatif di negara-negara Asia lain dan sekarang penyebaran (virus corona) sudah ke Eropa dan AS, dengan berat hati, kami harus menyimpulkan bahwa normalisasi jangka pendek tidak akan terjadi,” tulis perusahaan Puma dalam sebuah catatan.

Pada Rabu, terlihat ada sedikit peningkatan aktivitas bisnis di Cina. Sekitar setengah dari 12 ribu toko di negara itu dibuka kembali. Tapi, lalu lintas pembelanjaan sekarang justru memburuk di negara lain.

Puma mengatakan, pasar-pasar seperti Singapura, Malaysia, Jepang dan Korea Selatan mengalami penurunan besar dari sisi penjualan. Negara-negara tersebut merupakan beberapa destinasi wisata Cina untuk berbelanja. Selain itu, Puma juga melihat penurunan penjualan signifikan di seluruh Eropa.

Sejak berkembang di Cina pada akhir tahun, virus corona sudah menyebar di berbagai belahan dunia. Virus ini telah menginfeksi sekitar 120 ribu orang, menewaskan hampir 4.300 orang dan menyebabkan pasar modal terpukul.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement