Selasa 10 Mar 2020 23:02 WIB

Yerusalem Pernah Jadi Pusat Studi Ilmuwan Islam dan Barat

Para ilmuwan Islam termasuk Ghazali pernah berada di Yerusalem.

Para ilmuwan Islam termasuk Ghazali pernah berada di Yerusalem. Senja merah di Masjidil Aqsa Yerusalem.(Google.com)
Foto: Google.com
Para ilmuwan Islam termasuk Ghazali pernah berada di Yerusalem. Senja merah di Masjidil Aqsa Yerusalem.(Google.com)

REPUBLIKA.CO.ID, Sebelum Perang Salib meletus, Yerusalem berada dalam masa kejayaan. Kota itu menjelma menjadi pusat perdagangan dan ilmu pengetahuan. 

Tak heran, bila di Yerusalem tersebar begitu banyak madrasah yang melahirkan sederet ilmuwan Muslim terkemuka. Sayang, kemakmuran dan kemajuan itu sirna begitu saja, setelah tentara Perang Salib menghancurkan dan membunuhi penduduk kota suci itu.

Seorang pelancong Muslim, Nasruddin Khusraw pada 1047 M sempat bertandang ke Yerusalem. Ia mencatat, Yerusalem telah mencapai kemajuan beberapa dekade sebelum berkecamuk nya Perang Salib. 

Menurut Nasruddin, pada era itu Yerusalem begitu makmur. Harga barang-barang begitu murah. Kotanya juga begitu indah berhiaskan pasar nan cantik dan gedung-gedung yang tinggi.

Menurut Nasruddin, Yerusalem sudah memiliki sederet seniman dan setiap hasil karyanya memiliki pasar tersendiri. Jumlah penduduk kota itu pun terbilang begitu besar. Satu hal yang membuat Nasruddin terkagum-kagum, di kota itu ternyata sudah berdiri rumah sakit (RS) yang besar. RS yang dikelola dengan dana wakaf, menggratiskan biaya pengobatan pasien dan membayar dokter dengan gaji yang besar.

Nasruddin juga menuturkan, di kota itu juga berdiri asrama-asrama bagi para Sufi tinggal dan beribadah. Pada era keemasan Islam di Yerusalem, masjid tak hanya berfungsi sebagai tempat beribadah, namun juga tempat mengembangkan ilmu pengetahun dan kebudayaan Islam. Di sekitar Masjid Al Aqsa berdiri sejumlah madrasah tempat para pelajar menuntut ilmu. Beberapa madrasah yang berdiri di Yerusalem itu antara lain, Madrasah Farisiya yang dibangun Emir Faresuddin Albky. 

Selain itu ada pula Madrasah Nahriye, Nassiriya, Qataniya, Fakriya, Baladiya dan Tankeziya. Sejumlah wanita asal Turki berada di bela kang pembangunan madrasah-madrasah yang berada di sekitar Al Aqsa.

Menjamurnya madrasah di sekitar AlAqsa menandakan aktivitas perkembangan ilmu pengetahuan begitu menggeliat di Yerusalem pada masa kejayaan Islam. 

Pada abad ke-11 M, di bawah kekuasaan Dinasti Seljuk beragam aktivitas kebudayaan berkembang di Yerusalem. Sejumlah sarjana dari Barat dan Timur bertandang dan menetap di kota ini. Mereka ikut ambil bagian untuk memperkaya kehidupan kebudayaan.

Beberapa ilmuwan yang ikut mengembangkan aktivitas kebudayaan dan ilmu pengetahuan itu antara lain; Sha’afiite Nasir bin Ibrahim Al Maqdisi (1096) yang mengajar di Madrasah Nassriyya; Ata Al Maqdisi (Abu’l Fadl); serta Al Rumali. 

Abu’l Farradj Abd Al Waheed juga bermukim di Yerusalem untuk menyebarkan Mazhab Hanbali di Yerusalem. Dia menulis Kitab Al Djawaher yakni tafsir Alquran. 

Selain itu, beberapa ulama lainnya yang tinggal di Yerusalem seperti Abu Fath Nasr, pengarang sejumlah karya. Abu’l Maaly Al Mucharraf merupakan ilmuwan besar Yerusalem yang menulis kitab Fadail Al Bayt Al Muqaddas wa Asakhra. Kitab itu mengupas tentang kota beserta sejarahnya. Ulama sekaligus ilmuwan Muslim tersohor, Al Ghazali (lahir 1058) juga bermukim di kota ini.

 

 

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement