Selasa 10 Mar 2020 18:02 WIB

BNPT Akui Kesulitan Verifikasi WNI Bekas ISIS

Tidak ada akses untuk mencapai ke kamp pengungsian di Suriah.

Kepala BNPT, Komisaris Jenderal (Komjen) Pol, Suhardi Alius(Republika TV/Havid Al Vizki)
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Kepala BNPT, Komisaris Jenderal (Komjen) Pol, Suhardi Alius(Republika TV/Havid Al Vizki)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengaku kesulitan untuk melakukan verifikasi data warga negara Indonesia (WNI) yang diduga terlibat ISIS lantaran tidak adanya akses untuk mencapai ke kamp pengungsian di Suriah.

"Dari sekian ratus yang teridentifikasi itu, kita belum tahu posisinya dimana karena kita tidak punya akses ke sana," kata Kepala BNPT, Suhardi Alius, Selasa (10/3).

Selama ini, lanjut dia, BNPT hanya mengandalkan kontak dari Palang Merah Internasional dan lembaga asing lainnya yang memiliki akses ke kamp pengungsian.

"Kita sudah berusaha masuk dari Turki dan Kota Damaskus, tapi tidak bisa masuk. Tidak semua negara punya akses ke sana, yang punya akses Turki, Suriah. Kita sudah ke sana gak bisa juga masuk," tutur Suhardi.

 

Verifikasi itu dilakukan karena data WNI eks-ISIS yang telah teridentifikasi sifatnya baru sekadar data informasi. Oleh karena itu, guna memperkuat data identifikasi tersebut, pihaknya pun mencoba melakukan verifikasi.

"Betul tidak warga negara kita ada di situ, sekarang kita verifikasi, sekian ratus seingat saya yang sudah teridentifikasi ada namanya, tapi kita belum tahu lokasinya di mana," ujarnya.

Mengenai anak-anak berusia di bawah 10 tahun, lanjut dia, ada sekitar puluhan anak-anak di kamp pengungsian.

"Ada sekian puluh, tetapi tidak tahu apakah yatim piatu," kata Suhardi.

Suhardi juga menegaskan pihaknya tetap akan berhati-hati jika memang nantinya akan mendapatkan akses untuk memverifikasi anak-anak di bawah 10 tahun tersebut.

Hal itu mengingat sulitnya proses deradikalisasi terhadap mereka yang sudah terpapar radikalisme termasuk anak-anak usia di bawah 10 tahun tersebut, dan kekhawatiran masyarakat di Indonesia jika mereka dipulangkan.

"Oleh sebab itu kita harus hati hati. Anak-anak di bawah 10 tahun pun kalau sudah terinfiltrasi (radikalisme) kan bisa tahu kan, tidak juga baik buat masyarakat kita," ucap Suhardi.

Suhardi menambahkan, dari ratusan WNI eks-ISIS yang masih terjebak di Suriah, umumnya adalah perempuan dewasa dan anak-anak. "Anak-anak juga banyak, mayoritas perempuan dan anak-anak, macam macam," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement