Selasa 10 Mar 2020 06:19 WIB
Sejarawan Asal Inggris Profesor Peter Carey

Kembalinya Keris Naga Siluman Milik Pangeran Diponegoro

Pengembalian keris Diponegoro Negoro berkaitan dengan kunjungan Raja dan Ratu Belanda

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Agus Yulianto
Pangeran Diponegoro.(wikipedia)
Foto: wikipedia
Pangeran Diponegoro.(wikipedia)

REPUBLIKA.CO.ID,  Pada masa kolonial Belanda, perjuangan pahlawan bangsa tak pernah kendur untuk meraih kemerdekaan bangsa Indonesia. Tak sedikit pula harta benda dan sumber daya alam (rempah-rempah) yang dikeruk dari bumi pertiwi ini diangkut ke negeri Balanda. Salah satunya adalah harta berupa pusaka keris Naga Siluman milik Pangeran Diponegoro. Setelah ratusan tahun berada di negeri orang, benda pusak itu akhirnya bisa kembali ke Tanah Air. 

Menurut sejarawan asal Inggris Profesor Peter Carey, pada 1975 sudah ada niat dari Belanda dan permohonan dari Pemerintah Indonesia supaya pusaka pangeran Diponegoro dikembalikan. Hal ini jelas membuat kita menjadi senang karena salah satu pusaka pangeran Diponegoro dikembalikan ke Indonesia. 

Namun, seberapa penting dikembalikannya keris ini bagi sejarah bangsa Indonesia? Carey menegaskan, pengembalian ini sangat penting. Pasalnya, hal itu sangat berkaitan dengan fakta sejarah dari bangsa ini. 

"Kami juga harus melengkapi apa yang kami punya untuk Museum Nasional di Indonesia," katanya. 

Ada banyak pusaka Pangeran Diponegoro dan punya "peran" masing-masing ketika Pangeran Diponegoro masih hidup. Namun, keris Naga Siluman untuk apa, Carey tak mengetahuinya. "Saya belum tau dipakai ketika apa. Sebab, saat saya baca naskah-naskah Belanda, ada yang belum disebutkan oleh Pangeran Diponegoro. Yang saya tahu ada enam keris pusaka yang dimiliki Pangeran Diponegoro, yaitu Kiai Bromokedali berupa cundrik, Kiai Habit (Abijaya), Kiai Blabar, Kiai Wreso Gemilar, Kiai Hatim, dan Kiai Ageng Bondoyudo. Sedangkan, tombaknya, Kiai Rondan, Kiai Gagasono, Kiai Mundingwangi, Kiai Tejo, Kiai Simo, Kiai Dipoyono, dan Kiai Bandung. Keris-keris Pangeran Diponegoro yang lainnya sulit dilacak lagi keberadaannya. Tercatat di antaranya ada yang pernah dipersembahkan kepada Raja Willem (1813-1840). Keris yang dilukiskan indah dan berperabot mahal ini dinamai Kanjeng Kiai Nogo Siluman dan saat itu disimpan di Kabinet Kerajaan Belanda di Den Haag, di mana pelukis muda dari Jawa Raden Saleh Syarif Bustaman (1811-1880) pernah tinggal. Sekarang keris tersebut sudah dikembalikan ke Indonesia," ujar Carey. 

Menyinggung keris Naga Siluman ini diserahkan sebagai bagian dari perundingan atau sengaja dirampas saat itu hingga sampai di tangan Belanda, menurut Carey, hal itu belum jelas. Namun, dia menduga ada dua kemungkinan, yaitu Pangeran Diponegoro punya bukti persahabatan dan kepercayaan janji Belanda. Lalu, ia pernah dibuang ke Makassar hingga akhirnya wafat di sana dengan tenang. Saat ditangkap, apa yang ada pada tubuh dan pakaian dari Pangeran Diponegoro diambil, termasuk keris Kyai Nogo Siloeman.

Kedua, saat keris itu diambil, pihak Belanda tidak tahu kalau keris itu merupakan jenis pusaka yang ada di tanah Jawa. Tanpa memperhatikan hal itu, keris yang sangat berharga tersebut dibawa ke Belanda untuk dikumpulkan. Pada keris yang dibawa ke Belanda itu, Sentot Ali Basha memberikan catatan yang akhirnya bisa dibaca oleh Raden Saleh.

Namun, yang paling penting dari kembalinya keris ini ke Indonesia, kata dia, ada tiga kepentingan. Pertama, pusaka Pangeran Diponegoro, surat asli, dan kepunyaan Indonesia sehingga pusaka Pangeran Diponegoro bisa terlengkapi memiliki surat asli dan sudah menjadi milik Indonesia lagi.

Sementara itu, terkait pengembalian benda pusaka itu, ada hubungan dengan kedatangan Raja/Ratu Belanda, Carey mengiakannya. "Jelas ada hubungan antara pengembalian keris Diponegoro Negoro dan kenjungan Raja dan Ratu Belanda," katanya.

Menurut dia, Museum Volkenkunde di Leiden dan para pakar terkait mulai membuat penelitian yang saksama. Dari awal 2017 dan sejak awal 2019 mereka sudah memiliki dugaan kuat tentang apa keris Naga Siluman kepunyaan Diponegoro Negoro itu, tetapi mereka menunda mengumumkannya sampai saat yang amat "politis", yaitu saat ada kunjungan kerajaan ke Indonesia. Kerterlibatan "pakar" dari Indonesia (Margana cs) sangat belakangan semua penelitian yang berarti dibuat di Belanda sendiri antara 2017-2018.

Dengan kembalinya benda bersejarah itu, menurut Carey, masyarakat dan pihak pemerintah harus turun tangan memublikasikannya ke media daring untuk semua naskah Jawa, terutama tentang Pangeran Diponegoro. Hal ini agar masyarakat mengetahui semua sejarah Jawa yang terjadi di Indonesia.

"Pemerintah harus perhatian terhadap budaya-budaya. Apalagi, Pangeran Diponegoro adalah pahlawan Indonesia yang bersejarah. Maka dari itu, saya ingin pemerintah juga melakukan komunikasi antar Belanda untuk melengkapi pusaka pangeran Diponegoro di Indonesia," katanya menegaskan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement