Senin 09 Mar 2020 20:02 WIB

Pemerintah Gandeng Norwegia Bangun PLTS di Labuan Bajo

Keterlibatan IPP dan asing dihrapkan mempercepat pencapaian target bauran energi.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Gita Amanda
Kementerian ESDM menggandeng Norwegia untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Labuan Bajo. Foto petugas melakukan perawatan rutin pada instalais Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), (ilustrasi).
Foto: Thoudy Badai
Kementerian ESDM menggandeng Norwegia untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Labuan Bajo. Foto petugas melakukan perawatan rutin pada instalais Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian ESDM menggandeng Norwegia untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Labuan Bajo. Melalui keterlibatan IPP swasta, pemerintah dan swasta serta Norwegia akan membangun PLTS Hybrid berkapasitas 70 Megawatt (MW) di Labuan Bajo.

Perusahaan asal Norwegia, Scatec Solar AS akan berkolaborasi dengan IPP swasta, PT Arya Watala Capital dan PT Flores Prosperindo untuk melistriki dua wilayah di Labuan Bajo untuk menyongsong kebutuhan listrik jelang KTT Negara G20 2023 mendatang.

Baca Juga

Direktur Aneka EBT, Kementerian ESDM, Harris menjelaskan keterlibatan IPP dan asing bisa mempercepat pencapaian target bauran energi. Disatu sisi, dengan keterlibatan IPP dan investor asing maka akan meningkatkan peluang investasi.

"Kami pemerintah memfasilitasi peluang ini. Kami mendorong IPP untuk bisa berpartner dengan investor asing atau kerja sama dengan negara yang memang terdepan dalam pengembangan EBT," ujar Harris di Kementerian ESDM, Senin (9/3).

Harris menjelaskan saat ini total porsi EBT dalam bauran energi nasional sebesar 12,5 persen. Harapannya, pada tahun ini target 15 persen porsi EBT dalam bauran energi bisa tercapai.

President Director PT Flores Prosperindo Alfonso Pardede menjelaskan, perusahaan difasilitasi oleh Watala bertemu dengan Scatec, yang merupakan perusahaan pengembang energi baru terbarukan dari Norwegia.

Flores Prosperindo yang merupakan pengembang di bawah PT Pengembangan Pariwisata Indonesia atau Indonesia Tourism Development Coporation (ITDC), berharap bisa mengubah Labuan Bajo menjadi sebuah konsep kota masa depan yang smart, clean, dan renewable energy.

"Kita pemilik lahan bekerja sama dengan ITDC difasilitasi oleh Watala dan bekerja sama dengn Scatec," kata Alfonso.

Menurutnya, kerjasama ini dilatarbelakangi karena pemerintah Indonesia akan menjadi tuan rumah perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) negara-negara G20 pada 2023, dan Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur) dipilih sebagai lokasi diadakan KTT G20 tersebut.

"Saat ini 2-3 bulan yang lalu pemerintah meminta menjadi host event G20 tahun2023 dan rencananya di Labuan Bajo, nah saat ini mungkin salah satu pemerintah confidence nya ya ITDC yang memang sudah berpengalaman dalam menyelenggarakan forum event seperti di Bali tahun 2013, salah satu sinergi bagaimana penyelenggaraan dengan ITDC dan yang lain untuk mensukseskan target presiden menjadi host G20 tahun 2023," ujar Alfonso.

Founder & CEO PT Enertec Mitra Solusi Mada Ayu Habsari, yang juga perwakilan dari PT Arya Watala Capital, mengatakan bahwa pihaknya berperan sebagai developer yang menghubungkan atau menjembatani kerjasama antar Flores Prosperindo dengan Scatec.

"Jadi di proyek ini kita jadi EBT developernya, kalau kita projek selalu ada developernya kan, kebetulan dari PT Flores Prosperindo sebagai pemilik lokasi, mereka minta kita untuk melistriki, kebetulan inikan projek untuk kawasan ekonomi pariwisata, untuk 10 destinasi new Bali," ujarnya.

Rencananya untuk tahap awal, ada dia lokasi yang akan dibangun PLTS Hybrid 70MW, yakni Tana Naga dan Golo Mori. Asalnya yang akan dibangun pertama adalah Tana Naga, namun karena Golo Mori dipilih sebagai kawasan untuk G20, maka Golo Mori lah yang diutamakan.

"Golo Moriori duluan karena untuk lokasi G20 untuk 70MW, totalnya ada 210MW. Sisanya bisa kemungkinan untuk kawasan lain tapi dilihat dengan kebutuhan lainnya. Karena event itu ada dua, satu G20 dan ASEAN SUMMIT, itu lokasinya juga sama," jelasnya.

Lanjut, Mada pun, menambahkan bahwa pembangunan PLTS di Golo Mori itu ditargetkan selesai 1,5 tahun, yang rencananya akan dimulai pembangunan akhir tahun 2020 atau awal tahun 2021.

INTAN PRATIWI

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement