Senin 09 Mar 2020 18:27 WIB

Hujan, Massa Tolak Omnibus Law Tetap Berorasi

Aksi ini dilakukan elemen masyarakat yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Bergerak.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Aksi Gejayan Memanggil, Senin (9/3).
Foto: Wihdan
Aksi Gejayan Memanggil, Senin (9/3).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Massa aksi Gejayan Memanggil tetap berorasi walaupun turun hujan. Setidaknya, selama aksi turun hujan sejak sekitar pukul 14.00 WIB dengan intensitas sedang hingga lebat.

"Gagalkan Omnibus Law," ujar orator aksi di atas mobil orasi.

Dari pantauan Republika, massa menggunakan jas hujan hingga payung untuk melindungi diri dari hujan.

"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un atas meninggalnya kewarasan dari pemerintah. Cabut Omnibus Law, RUU yang menyengsarakan rakyat, menindas rakyat," lanjut orator.

Selama menyampaikan orasi, juga diselingi dengan membawakan beberapa nyanyian. Massa bernyanyi dengan diiringi gitar akustik dari panggung yang sudah disiapkan untuk orator.

Nyanyian yang dibawakan diantaranya Ibu Pertiwi dan Darah Juang. Bahkan, ada juga nyanyian yang dibawakan oleh Grup Band Sisir Tanah.

Aksi ini dilakukan oleh elemen masyarakat yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Bergerak (ARB). Sekitar seribu massa menolak disahkannya Omnibus Law oleh DPR RI.

Masyarakat yang tergabung dalam ARB ini diantaranya kelompok masyarakat, serikat buruh dan seluruh aliansi mahasiswa di DIY. Massa awalnya terkonsentrasi di tiga titik sebelum menggelar aksi di Jalan Affandi.  Tiga titik tersebut yakni di Bundaran UGM, lapangan UNY, dan parkiran UIN Sunan Kalijaga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement