Senin 09 Mar 2020 07:42 WIB

Khofifah Dorong Perempuan Indonesia Merajai Ekonomi Kreatif

Perempuan masih memikirkan stereotipe gender saat mencari kerja

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Agus Yulianto
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa
Foto: Republika TV/Surya Dinata
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa

REPUBLIKA.CO.ID,  SURABAYA -- Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, peran dan kontribusi perempuan di kancah global terus meningkat. Bahkan, di era industri 4.0 perempuan Indonesia memiliki kontribusi besar. Khususnya di industri ekonomi kreatif yang cenderung mendominasi dari segi tenaga kerja, dibandingkan tenaga kerja laki-laki.

Khofifah pun mendorong perempuan terus termotivasi untuk maju dan memberikan kontribusi bagi bangsa dan negaranya. “Tenaga kerja perempuan Indonesia tercatat terus mendominasi di bidang ekonomi kreatif. Sejak 2011 hingga 2016, proporsi tenaga kerja perempuan terus mendominasi dibandingkan tenaga kerja laki-laki di bidang industri ekonomi kreatif,” kata Khofifah di Surabaya, Ahad (8/3).

Khofifah menjelqskan, di 2011, nilai kontribusi perempuan di dunia ekonomi kreatif mencapai Rp 581,54 trilliun. Kemudian, pada 2017, kontribusi perempuan di dunia ekonomi kreatif Indonesia mencapai Rp 1.000 trilliun. Menurutnya, hal ini menunjukkan, perempuan merajai bidang ekonomi kreatif di Indonesia.

Begitu juga partisipasi perempuan di bidang Science (Sains), Technology (Teknologi), Engineering (Teknik), and Mathematics atau yang dikenal dengan STEM. Berdasarkan data dari Unesco, kata Khofifaj, sejatinya partisipasi perempuan di berbagai universitas di Indonesia yang mengambil bidang STEM sudah cukup tinggi. 

Misalnya, untuk bidang Matematika, partisipasi perempuan di universitas mencapai 57,7 persen. Kemudian untuk Kimia mencapai 66,8 persen, dan Kedokteran mencapai 73 persen. Selanjutnya untuk bidang Biologi partisipasi perempuan di dunia kampus mencapai 80,7 persen, dan bidang Farmasi mencapai 88 persen.

“Ciri dari negara maju di antaranya dilihat dari partisipasi masyarakat di bidang STEM. Jika partisipasi perempuan di bidang STEM tinggi maka negara tersebut dapat dikatakan semakin maju,” ujar Khofifah.

Meski partisipasi perempuan yang mengambil jurusan di bidang STEM tinggi saat di bangku kuliah, akan tetapi partisipasi tersebut menurun drastis saat masuk ke dunia profesional. Masih dari sumber data yang sama, kata Khofifah, di dunia industri STEM, hanya dua dari sepuluh perempuan memilih berkarir secara profesional. Pun hanya tiga dari sepuluh perempuan yang menjadi peneliti di dunia STEM.

Menurut Khofifah, hal tersebut dikarenakan 61 persen perempuan masih memikirkan stereotipe gender saat mencari kerja. Kemudian, sebanyak 50 persen perempuan tidak tertarik berkarir di bidang STEM karena kuatnya sentimen dominasi laki-laki. Ada juga 45 perempuan percaya bahwa STEM tidak sesuai untuk perempuan. 

“Sedangkan pendorong perempuan mengejar karir di bidang STEM ada beberapa faktor. Di antaranya dukungan orang tua, adanya beasiswa, adanya role model di bidang STEM, dan juga adanya dukungan dari institusi dan sekolah,” kata Khofifah.

Oleh sebab itu, di era yang kian maju, Khofifah mendorong agar perempuan terus berkontribusi untuk negeri. Terlebih di era yang serba teknologi, kini perempuan tak lagi dibatasi dengan stigma bekerja harus meningggalkan kewajibannya sebagai istri maupun ibu dalam rumah tangga. Menurutnya, bekerja bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja.

“Perempuan harus terus berpikiran maju dan bergerak maju. Perempuan tetap bisa menjaga harkat dan martabatnya tapi di sisi lain juga tetap bisa memberikan dedikasi dan kontribusi di bidang yang mereka gemari. Selamat Hari Perempuan Internasional,” kata Khofifah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement