Ahad 08 Mar 2020 20:54 WIB

Psikolog: Setiap Anak Butuh Panutan yang Positif

Psikolog menyebut setiap anak butuh panutan yang menanamkan nilai-nilai positif.

Rep: Mabruroh/ Red: Yudha Manggala P Putra
Konferensi pers terkait kasus pembunuhan bocah lima tahun yang dilakukan oleh seorang remaja. Dalam konferensi pers di Mapolres Jakarta Pusat, Sabtu (7/3) itu polisi menunjukan sejumlah barang bukti berupa gambar dan tulisan curahan hati dari tersangka.
Foto: Republika/Flori Sidebang
Konferensi pers terkait kasus pembunuhan bocah lima tahun yang dilakukan oleh seorang remaja. Dalam konferensi pers di Mapolres Jakarta Pusat, Sabtu (7/3) itu polisi menunjukan sejumlah barang bukti berupa gambar dan tulisan curahan hati dari tersangka.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Psikolog Anak dari Unika Soegijapranata Semarang, Endang Widyorini menilai ada beberapa faktor yang mungkin saja membentuk kepribadian seorang anak sehingga mampu melakukan perbuatan yang tidak semestinya. Salah satunya tidak ada panutan positif yang diteladani.

Endang memandang faktor tersebut bisa saja dialami NF, remaja 15 tahun yang mengaku membunuh temannya yang masih balita di Sawah Besar, Jakarta Pusat.

Menurut Endang setiap anak butuh panutan dan yang biasa menjadi panutan pertama adalah orang tuanya. Orang tua kata dia, salah satu tempat menanamkan nilai-nilai positif kepada anaknya. Mungkin saja hal itu tidak terjadi pada NF. Remaja itu kerap disebut-sebut menjadikan film bermuatan sadis sebagai panutannya.

"Hal itu tidak terjadi pada setiap anak yang tidak mengalami beban psikologis yang berat. Anak ini (mungkin) tidak punya panutan, orang tua yang hangat, memberi rasa cinta, dan menanamkan nilai-nilai kehidupan yang positif," tuturnya, Ahad (8/3).

Endang juga berpendapat NF mungkin memiliki gangguan psikologi conduct disorder. Hal itu berdasarkan keterangan polisi bahwa pelaku kerap melakukan kekerasan terhadap hewan. Seperti menusuk kodok dan cicak menggunakan garpu atau melempar kucing saat sedang marah. "Kalau sudah seperti itu, sudah (bisa) masuk gangguan psikologis yang disebut conduct disorder (CD)," kata dia.

Saat ditanyakan, apakah penyakit psikologis tersebut dapat disembuhkan,  Endang tidak menjelaskan lebih detail. Menurutnya perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap remaja tersebut.

"Untuk mendiagnosa perlu pemeriksaan lebih dalam, tapi ini sudah mendekati (CD), dia berbuat yang menyakiti orang lain, binatang, tanpa rasa bersalah," kata dia.

Dia juga berharap, kepolisian dalam kasus ini dapat melibatkan pakar psikologi. Sehingga remaja pelaku ini dapat mendapatkan terapi. "Polisi pasti membawa dia ke psikolog anak, psikolognya akan tahu apa yang harus dilakukan, dengan memberi terapi-terapi yang tepat dengannya," ucap Endang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement