Ahad 08 Mar 2020 15:43 WIB

Kelemahan Dai Indonesia tidak Kuasai Bahasa Asing

Banyak gagasan tentang Islam yang tak bisa disampaikan karena kendala bahasa dai.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Indira Rezkisari
Ketua Umum Ikadi, Prof KH Ahmad Satori Ismail, mengajak lebih banyak dai belajar bahasa asing agar bisa menyampaikan soal Islam wasathiyah secara lebih luas.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Ketua Umum Ikadi, Prof KH Ahmad Satori Ismail, mengajak lebih banyak dai belajar bahasa asing agar bisa menyampaikan soal Islam wasathiyah secara lebih luas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) menyampaikan kelemahan dai Indonesia. Yaitu masih banyak dai yang belum menguasai bahasa asing.

Akibatnya, banyak dai belum bisa menyampaikan gagasan dan pemikirannya tentang Islam wasathiyah kepada masyarakat dunia.

Baca Juga

Ketua Umum Ikadi, Prof KH Ahmad Satori Ismail mengatakan, tantangan umat Islam di Indonesia adalah menyampaikan Islam wasathiyah ke seluruh dunia. Maka umat Islam Indonesia harus menguasai bahasa asing seperti bahasa Inggris dan Arab. Sebab orang asing tidak mau membaca tulisan yang ditulis selain oleh bahasa mereka.

"Di sinilah kekurangan para dai kita, kurang kuat penguasaan bahasa Arab dan Inggris, sehingga pemikirannya tidak banyak dibaca oleh orang asing," kata KH Satori kepada Republika di sela-sela Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Ikadi 2020 di Hotel Grand Cempaka, Ahad (8/3).

Ia menerangkan, sebagai contoh pemikiran cendekiawan Muslim, Yusuf al-Qaradawi dan Abul A'la Maududi yang banyak ditulis dengan bahasa asing. Sehingga pemikiran mereka banyak diadopsi orang-orang dari berbagai negara.

Para dai Indonesia, menurutnya, perlu belajar dari ulama terdahulu yang menguasai bahasa asing. Dulu Syekh KH Hasyim Asy'ari dan Syekh Nawawi al-Bantani menuangkan pemikirannya dalam buku menggunakan tulisan Arab. Sehingga pemikiran mereka dikenal oleh orang-orang Arab.

"Ini tantangan bagi para dai (Indonesia), agar bahasa Arab dan Inggris digunakan untuk menyampaikan tentang Islam, kekurangan kita para dai di Indonesia kurang menguasai bahasa asing untuk menyampaikan pemikirannya," ujarnya.

KH Satori menyarankan, para dai menulis buku atau menyampaikan pemikirannya ke surat kabar asing dengan menggunakan bahasa Inggris atau Arab. Sehingga pemikirannya tentang Islam wasathiyah dan Islam Ramhatan lil alamin banyak dikenal oleh umat Islam di berbagai negara.

Sebelumnya, Ketua Umum Ikadi bersama Dr Syarif Amin Abu Sammala sebagai Ketua Pelaksana Al-Quds Foundation Malaysia menjadi pembicara pada seminar Internasional bertema 'Islamic Moderation and Global Chlallenges' dalam Rakornas Ikadi 2020. Mereka memaparkan tentang Islam moderat atau wasathiyah serta tantangan umat Islam di zaman ini pada peserta Rakornas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement