Ahad 08 Mar 2020 06:35 WIB

Asal-usul Nama Tempat di Jakarta, dari Ancol Sampai Gambir

Belanda menyebut Ancol dulu sebagai tanah asin.

Warga menikmati matahari tenggelam saat menunggu berbuka puasa (ngabuburit) di Pantai Festival, Ancol, Jakarta, Kamis (30/6).  (Republika/Agung Supriyanto)
Foto:

Dari Jakarta Pusat kita ke Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Di sini terdapat kawasan Kebantenan, karena sejak 1685 dijadikan salah satu tempat pemukiman orang-oroang Banten di bawah pimpinan Pangeran Purbaya, salah seorang putra Sultan Agung Tirtayasa.

Tentang keberadaan orang Banten di kawasan tersebut, kisahnya dimulai, setelah Sultan Haji mendapatkan bantuan Kompeni. Akibatnya Sultan Agung Tirtayasa terdesak, sampai terpaksa meninggalkan Banten, bersama keluarga dan abdi-abdinya yang masih setia kepadanya. Mereka berpencar, tetapi kemudian terpaksa menyerahkan diri: Sultan Ageng di sekitar Ciampea, Pangeran Purbaya di Cikalong kepada Letnan Untung (Untung Surapati).

Di Batavia awalnya mereka ditempatkan di dalam lingkungan benteng. Kemudian, Pangeran Purbaya beserta keluarga dan abdi-abdinya diberi pemukiman di Kebantenan, Jatinegara, Condet, Citreureup, Ciluwer, dan Cikalong.

 

Selain Kebantenan di Jakarta Utara, ada pula Kebantenan yang terletak antara Cikeas dengan Kali Sunter, sebelah tenggara Jatinegara, atau sebelah barat daya Kota Bekasi. Di salah satu rumah tempat kediaman Pangeran Purbaya yang berada di barat daya Bekasi itu ditemukan lima buah prasasti berhuruf Sunda kuno, peninggalan kerajaan Sunda, yang ternyata dapat sedikit membuka tabir kegelapan sejarah Jawa Barat.

 

Dari Kebantenan Jakarta Utara, kita menuju ke Kampung Ambon di Rawamangun, Jakarta Timur. Nama ini sudah ada sejak 1619. Pada waktu itu Gubernur Jenderal JP Coen menghadapi persaingan dagang dengan Inggris. Untuk memperkuat angkatan perang VOC, Coen pergi ke Ambon mencari bantuan dengan menambah pasukan dari masyarakat Ambon. Pasukan Ambon yang dibawa Coen kemudian ditempatkan di Batavia, yang kini menjadi Kampung Ambon.

 

Pada awal berdirinya VOC, Belanda menempatkan masyarakat untuk tinggal di kampung-kampung dengan nama etnis mereka. Karena itu, di Jakarta banyak nama tempat mengacu pada etnis, seperti Kampung Melayu, Kampung Bali, Kampung Banda(n), Kampung Bugis, dan Kampung Makassar. Di masing-masing kampung itu Belanda menempatkan kapiten, yang dipilih dari tokoh masyarakat yang disegani dari tiap etnis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement