Jumat 06 Mar 2020 23:51 WIB

Pakar China Berbagi Ilmu Genetika Hewan di Unhas

Ada beberapa jenis masalah yang dihadapi terkait isu kekebalan terhadap penyakit

Kampus Universitas Hasanuddin
Kampus Universitas Hasanuddin

REPUBLIKA.CO.ID,MAKASSAR -- Peneliti dari Chinese Academy of Agricultural Sciences (CAAS) Prof Han berbagi ilmu tentang genetika hewan di Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar. Prof Han dalam pemaparannya menjelaskan betapa tingginya hasil produksi sumber pangan hewani di dunia saat ini.

Bahkan secara global, lima dari enam komoditi sumber pangan dunia berasal dari produk hewani. Salah satu contohnya adalah susu sapi. Di dunia saat ini, produk susu sapi lebih tinggi dibanding beras. Prof Han menjelaskan dalam kelompok konsultatifpenelitian pertanian internasional yang bernama Consultative Group on International Agricultural Research (CGIAR), terdapat 15 pusat penelitian. Institusi-institusi tersebut memiliki tujuan dan selaras dengan misi dan mandat ILRI.

“Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengurangi angka kemiskinan, meningkatkan keamanan makanan, mengembangkan kesehatan dan nutrisi manusia, serta menjaga kelangsungan keberlanjutan kesehatan lingkungan," kata Prof Han Jianlin yang sengaja dihadirkan oleh Fakultas Peternakan Unhas untuk memberikan kuliah umum bertema “In Animal Genetic: Domesticated Animal in the World”, Jumat (6/3).

"Hal ini sejalan dengan misi ILRI untuk memastikan kehidupan yang lebih baik melalui sumber pangan ternak,” kata Prof Han yang saat ini bekerja di International Livestock Research Institute (ILRI) Nairobi, Kenya.

Prof Han selanjutnya memaparkan dirinya melihat banyak hewan lokal Indonesia yang memiliki jenis-jenis yang unik, salah satunya adalah ayam. Ayam broiler yang dikomersialisasi di pasar dan supermarket, bagi orang Indonesia itu bisa dipelihara di belakang rumah.

Kemudian ada juga ayam gagak yang bisa tertawa. Dari hal ini dapat dilihat bahwa hewan-hewan ini selain menjadi bahan pangan, juga menjadi media rekreasi, sehingga hewan lokal ini memiliki nilai tambah.

“Ada pendekatan populasi genomic yang terbagi dua, yaitu, loci natural dan loci terseleksi. Untuk loci natural, hal ini berfungsi untuk mengetahui asal dari suatu spesies, sedangkan untuk loci terseleksi berfungsi untuk mengetahui sejarah suatu spesies tentang gen, mutasi, dan aspek lainnya,” jelas Prof Han yang saat ini memimpin Proyek CAAS-ILRI Joint Laboratory on Livestock and Forage Genetic Resources, Institute of Animal Sciences, Beijing, China.

Dalam bidang peternakan, ada beberapa jenis masalah yang dihadapi terkait isu kekebalan terhadap penyakit yaitu; kurangnya pendataan dan pencatatan terhadap spesies di peternakan, tekanan dalam sejarah penyeleksian kekebalan genetik, seleksi alam, stabilitas jangka panjang serta solusi, observasi terhadap kelas mayor pada organisme penyakit, virus, bakteri dan parasit, serta kemungkinan-kemungkinan mekanisme penanganan yang khas.

Menurut dia, dalam peternakan perlu dipahami adanya keberagaman ternak. Dalam hal ini, yang harus diperhatikan adalah bagaimana bentuk dan jenis suatu spesies terbentuk dari hasil adaptasi dan juga mempengaruhi adaptasinya.

Dekan Fakultas Peternakan Prof Dr Lellah Rahim M Sc memberi apresiasi atas kehadiran Prof. Han Jianlin yang berkenan berbagi ilmu dan pengetahuan kepada mahasiswa di Fakultas Peternakan. “Prof Han telah melakukan banyak penelitian terhadap fauna di Kenya. Hasil penelitian dan pengalaman sebagai peneliti tentu sangat penting untuk kita ketahui, sehingga dapat memberi inspirasi bagi penelitian-penelitian kita. Kita juga berharap kehadiran beliau dapat membuka kerja sama penelitian dan publikasi bersama,” kata Prof Lellah.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement